Gunakan Pupuk Organik, Petani di Kuningan Bisa Panen 12 Ton Per Hektare
Kepala Diskatan Kuningan Dr Wahyu Hidayah MSi berdialog dengan petani di Desa Cidahu, Kecamatan Pasawahan, kemarin (17/11).-Istimewa-Radar Kuningan
KUNINGAN, RADARKUNINGAN.COM - Para petani di Kabupaten KUNINGAN, berhasil panen hingga 12 ton per hektare setelah menggunakan pupuk organik.
Para petani binaan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Diskatan) Kabupaten Kuningan, berhasil mencatat capaian luar biasa.
Mereka berhasil panen padi bisa mencapai 12 ton per hektare dengan penggunaan pupuk kimia yang dipangkas hingga 50 persen.
Pencapaian tersebut dipamerkan dalam kegiatan Farm Field Day (FFD) Sekolah Lapang Tematik 2025 yang berlangsung di Desa Cidahu, Kecamatan Pasawahan, kemarin Senin, 17 November 2025.
Kegiatan ini turut dihadiri langsung oleh Kepala Diskatan Kuningan Dr Wahyu Hidayah MSi, yang turun ke lapangan untuk memonitor demplot, berdialog dengan petani, sekaligus memberi arahan teknis.
BACA JUGA:Pemkab Kuningan Kebut Proyek Jalan, Anggota DPRD Ingatkan soal Standar Kualitas
Hadir pula Plt Kabid Penyuluhan Sopyan Pamungkas, perwakilan UPTD KPP Cilimus, Kepala Desa Cidahu Abdul Munir, serta puluhan peserta Sekolah Lapang Tematik.
Dalam sesi evaluasi lapangan, Dr Wahyu mengungkapkan bahwa hasil panen varietas unggul yang dipadukan dengan Pupuk Organik Cair (POC) mampu menembus angka 12 ton per hektare.
Padahal sebelumnya, hasil panen yang diperoleh para petani hanya berkisar 5,9 ton per hektare, meski pemakaian pupuk kimia dikurangi setengahnya.
"Target maksimal kami sebenarnya 14 ton per hektare, dan realisasi 12 ton adalah lompatan besar," ucap Wahyu Hidayah dikutip dari Harian Radar Cirebon.
Capaian angka tersebut, sambung Wahyu, bukan sekadar hasil panen, tapi bukti bahwa teknologi dan keberanian mencoba adalah kunci masa depan pertanian.
BACA JUGA:Pesan Andrew Jung untuk Persib Bandung Jelang Hadapi Dewa United di BRI Super League
Menurut Dr Wahyu, pertanian konvensional yang terus-menerus mengandalkan pupuk sintetis menciptakan tanah “lelah” dan kehilangan mikroorganisme penting.
Melalui pendekatan berbasis biologi tanah, ia mendorong petani untuk beralih bertahap ke penggunaan pupuk organik.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
