Pabrik Tenun Desa Bojong Kuningan, Dahulu Berkumandang Lagu Kebangsaan Jepang Kimigayo

Pabrik Tenun Desa Bojong Kuningan, Dahulu Berkumandang Lagu Kebangsaan Jepang Kimigayo

Pabrik Tenun Desa Bojong, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan. -Yuda Sanjaya-Radarkuningan.com

Radarkuningan.com, KUNINGAN - Pabrik Tenun Desa Bojong, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, diduga sudah ada sejak masa Pemerintahan Kolonial Belanda.

Pabrik Tenun Kuningan, juga masih beroperasi di masa Pemerintahan Jepang melakukan invasi ke Indonesia. Bahkan, lagu kebangsaan Kimigayo berkumandang tiap pagi.

Lagu Kimigayo itu, dinyanyikan pegawai Pabrik Tenun Kuningan, sebelum mereka bekerja. Setiap pagi, sebelum bekerja mereka melakukan upacara.

Kini, Pabrik Tenun Kuningan nyaris terhapuskan dari sejarah. Selain tidak diketahui siapa pemiliknya, juga minim upaya pelestarian. Yang tersisa, hanya dinding dan pondasinya saja.

BACA JUGA:Katalog Offline

Padahal di tahun 2000-an, bangunan bekas pabrik tenun itu masih kokoh berdiri dan memiliki atap. Namun, gerbang besinya selalu dalam keadaan tertutup.

Kendati demikian, bangunan ini selalu menarik perhatian. Pasalnya, lokasinya berada di jalan utama yang menghubungkan Cirebon dengan Kuningan.

Sepengetahuan warga, di bangunan tersebut ada mata air yang cukup besar debitnya. Selain diambil oleh perusahaan minuman, juga dimanfaatkan untuk air bersih oleh warga dengan mengalirkan melalui pipa.

BACA JUGA:Airlangga: Jamuan Ketum Parpol untuk Jaga Stabilitas Politik

Dalam tulisan di blog pribadi miliknya, Teddy Kholiludin menuliskan, Pabrik Tenun Desa Bojong, Kabupaten Kuningan, adalah bangunan yang sangat familiar.

Meski tak semua paham sejarah bangunan itu, tapi orang seantero Bojong mestilah mengetahuinya.

Sebab, tempatnya di pinggir jalan utama yang menghubungkan Kuningan dengan Cirebon dan Ciamis.

"Entah siapa pemilik sah bangunan tersebut sekarang. Penduduk yang ada di sekitar pabrik itu hanya tahu kalau di dalamnya ada sumber mata air yang sangat jernih," tulis Teddy.

BACA JUGA:Ibu Hamil Melahirkan di Grab, Kejadian di Cirebon, Begini Kesaksian Driver

Menurutnya, dulu tak kurang dari 5 tanki per hari mengangkut air tersebut untuk kemudian diproduksi menjadi minuman dalam botol.

Kalau dilihat dari bangunannya, tak dapat disangkal lagi kalau pabrik tenun itu dibangun pada zaman Belanda.

Parada Harahap, wartawan Tjaja Timur menggambarkan pabrik itu ada di tempat di mana hawanya nyaman, udanya sejuk, musim kering, airnya bagus, dan pemandangan dalam pabriknya sungguh menyenangkan hati.

BACA JUGA:Gedung Pusat Layanan Haji dan Umrah Terpadu Mulai Dibangun

Sampai sekarang, tempat itu memang masih sangat jernih airnya, udaranya pun sejuk, serta menjadi sumber rezeki bagi pengusaha minuman itu.

Konon, cerita sesepuh, di zaman Jepang, sebelum masuk jam kerja, para buruh pabrik terlebih dahulu apel pagi. Saat Jepang berkuasa, mereka diwajibkan hapal lagu Kimigayo.

Sayangnya, selain tidak diketahui siapa pemiliknya, kini bangunan Pabrik Tenun Bojong itu, sungguh merana. Letaknya di jalan utama Cirebon menuju Kuningan, tak menjamin mendapatkan perhatian. (yud)

BACA JUGA:Jangan Khawatir Makan Daging di Tengah Wabah PMK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: