Jalaksana, Tempat Adu Tanding Dua Jawara dari Pajajaran dan Kuningan

Jalaksana, Tempat Adu Tanding Dua Jawara dari Pajajaran dan Kuningan

Ilustrasi. Sejarah Jalaksana merupakan tempat adu tanding dua jawara dari Kerajaan Pajajaran dan Kuningan.-Dzulham Fadholi-Radar Cirebon

RADAR KUNINGAN.COM - Sejarah Desa Jalaksana terbentuk karena ayam adu milik Gusti Sultan Matangaji yang tidak terkalahkan di arena sabung.

Selama 40 hari beradu di Desa Laksana, ayam milik Gusti Sultan Matangaji yang bernama Jalak tidak ada yang mampu mengalahkannya.

Usai gelaran adu ayam tersebut, Desa Laksana kemudian diubah menjadi Jalaksana, penggabungan dari nama Jalak dan Laksana.

Pengubahan nama dari Desa Laksana menjadi Jalaksana, lewat musyarawah sesepuh Desa Laksana yang berjumlah 21 orang dan Gusti Sultan Matangaji.

BACA JUGA:Sejarah Desa Jalaksana, Ketangguhan Ayam Milik Gusti Sultan Matangaji Bertahan 40 Hari di Desa Laksana

Kemudian versi lain menyebutkan, asal usul nama Jalaksana terjadi karena adanya perang tanding dua jawara dari Kerajaan Pajajaran dan Kuningan.

Pada tahun 1482 Masehi, Syeh Syarif Hidayatulloh atau Sunan Gunung Jati, mengembangkan Islam di Jawa Barat dengan cara damai.

Sunan Gunung Jati merupakan pemimpin bagi Kesultanan Cirebon semenjak memisahkan diri dari Kerajaan Pajajaran.

Oleh sebab itu, kewajiban untuk memberikan upeti dan pajak kepada Kerajaan Pajajaran, tidak ada lagi.

BACA JUGA:Sejarah Desa Cipetir Kuningan, Wabah Penyakit Mematikan Hingga Pohon Petir

Namun hal tersebut berbeda bagi wilayah Kuningan yang masih dianggap di bawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran.

Kewajiban membayar upeti dan pajak masih harus diserahkan kepada kerajaan yang dipimpin Prabu Siliwangi tersebut.

Untuk penarikan pajak dan upeti dari Kuningan, Prabu Siliwangi mewakilkan kepada Prabu Cakraningrat dari Kerajaan Rajagaluh.

Kemudian, Prabu Cakraningrat mengutus patihnya yang bernama Adipati Arya Kiban ke Kuningan untuk mengambil upeti dan pajak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: