KUNINGAN-Wacana perubahan fungsi Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) menjadi Taman Hutan Raya (Tahura), rupanya akan mengalami pertentangan. Perubahan ini dianggap belum tepat karena terganjal banyak hal. Dekan Fakultas Kehutanan (Fahutan) Universitas Kuningan (Uniku) Dr Toto Supartono MSi memberikan tanggapan terkait wacana yang saat ini berkembang ke publik. Mengawali tanggapannya, Toto mencoba meluruskan dalam istilah perubahan tersebut, karena yang sebenarnya bukanlah status, melainkan fungsi. \"Saya ingin meluruskan dulu istilah. Wacana yang dimaksud, itu adalah perubahan fungsi, bukan perubahan status,\" kata Toto, Rabu (22/1). Dijelaskan, yang namanya status hutan, itu ada yang berupa hutan negara, hutan hak, dan hutan adat sesuai dengan Undang -Undang Nomor 41 tahun 1999. \"Mungkin yang dimaksud DPRD adalah perubahan fungsi,\" jelas Toto. Terlepas dari kurang tepatnya istilah yang digunakan terkait wacana yang dilontarkan DPRD, kata Toto, ada beberapa hal yang ingin disampaikan. Disebutkan, dulu perubahan fungsi Gunung Ciremai menjadi kawasan konservasi di antaranya adalah keinginan pemerintah daerah, termasuk Pemerintah Kabupaten Kuningan (Bupati dan DPRD ketika itu). \"Adanya wacana tersebut menunjukkan ketidakkonsistenan Pemerintah Kabupaten Kuningan,\" tutur Toto. Menurutnya, Gunung Ciremai berada di dua provinsi, sehingga kalaupun berubah fungsi dari TN menjadi Tahura, maka yang berhak mengelola adalah Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat. Pemerintah Kabupaten Kuningan memiliki sumber daya manusia, khususnya sarjana kehutanan yang terbatas karena saat ini Kabupaten Kuningan tidak memiliki Dinas Kehutanan, sehingga akan kerepotan dalam pengelolaannya. \"Taman nasional merupakan level yang lebih tinggi dibandingkan dengan Tahura, sehingga perubahan menjadi Tahura akan menurunkan level fungsi konservasi. Gunung Ciremai merupakan sisa ekosistem pegunungan yang masih asli untuk Jawa Barat bagian timur, sehingga dengan perubahan menjadi Tahura akan mengancam keaslian ekosistem jenis setempat, karena bila Tahura membolehkan melakukan penanaman jenis-jenis tumbuhan yang bukan lokal,\" sebutnya. Saat ini, kata Toto, banyak tempat di dalam kawasan TNGC yang sudah dimanfaatkan kelompok masyarakat sebagai destinasi wisata dan menjadi sumber pendapatan. Ini menunjukkan bahwa perubahan fungsi Gunung Ciremai menjadi taman nasional sudah memberikan dampak positif bagi masyarakat. \"Oleh karena itu, perubahan fungsi menjadi Tahura menurut saya kurang tepat dan perlu dipertimbangkan dengan matang,\" ujarnya. Toto justru berharap Pemkab Kuningan memfasilitasi masyarakat untuk dapat berpartisipasi dan memperoleh manfaat yang besar dari TNGC, bukan malah menurunkan level fungsinya menjadi Tahura. \"Saya juga berharap Pemerintah Kabupaten Kuningan bersatu padu dan saling menguatkan dalam pengelolaan Taman Nasional Gunung Ciremai,\" harap Toto. (muh)
Dekan Fahutan Uniku Sebut Fungsi Taman Nasional Sudah Memberikan Dampak Positif
Kamis 23-01-2020,13:02 WIB
Editor : Dedi Haryadi
Kategori :