Meski Pandemi, Guru Ainurrafiq Ukir Prestasi Nasional

Kamis 22-10-2020,10:32 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

KUNINGAN-Sudah lebih dari setengah tahun, Indonesia dan ratusan negara lain di dunia berkutat dengan hiruk pikuk pandemi Covid-19. Sudah selama itu pula, seluruh elemen masyarakat bahu membahu berjuang agar pandemi ini segera berakhir. Akibat dari pandemi ini, roda perekonomian berjalan melambat, segala aktivitas masyarakat yang menimbulkan kerumunan dibatasi, bahkan dilarang demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Setiap orang akhirnya harus mencari cara bagaimana agar tetap dapat beraktivitas dan menyelenggarakan kegiatan tertentu, dengan tidak mengesampingkan protokol kesehatan yang berlaku saat ini. Sebagai solusi, pada akhirnya berbagai kegiatan tersebut dialihkan ke dalam moda online (dalam jaringan). Berbagai pelatihan, pertemuan, dan bahkan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dengan memanfaatkan perangkat teknologi, sehingga dimungkinkan untuk tetap diselenggarakan, meskipun dengan tidak bertatap muka secara langsung. Hal ini dilakukan agar dalam masa pandemi ini setiap orang dapat tetap produktif dan tidak terlena dalam kondisi pandemi. Hal itu pulalah yang dimanfaatkan dengan baik oleh Nur Muchamad SPd Gr. Pria 27 tahun yang merupakan salah satu pengajar di Pondok Pesantren Ainurrafiq, Cigandamekar ini berkesempatan untuk mengikuti kompetisi desain maskot tingkat nasional, yang dilaksanakan dalam jangka waktu satu bulan terhitung 1-30 September 2020. Kegiatan tersebut diprakarsai oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Provinsi Bali yang masih di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI. Kompetisi yang baru diumumkan juaranya pada pertengah Oktober ini, mengusung tema pelestarian budaya di wilayah kerja BPNB Provinsi Bali, meliputi Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Tidak main-main, kompetisi ini juga mengundang tokoh-tokoh yang kompeten untuk menjadi juri, yakni I Wayan Adyana selaku Budayawan, Cokorda Alit Artawan selaku akademisi, dan I Made Dharma Stutedja yang merupakan kepala BPNB Provinsi Bali. Dari sekian banyak portofolio desain maskot yang masuk, meskipun tidak mempunyai latar belakang pendidikan yang berhubungan dengan desain grafis, Nur yang merupakan guru Matematika ini mampu membuktikan diri dengan meraih pencapaian sebagai juara III dalam ajang tersebut. Adapun juara-juara yang lain berturut-turut diraih oleh Ketut Surya Aditya Kusuma Putra sebagai juara II, dan Ragil Mumtazi asal Bondowoso yang meriah juara I. Nur sendiri menjadi juara III setelah mempresentasikan tema kompetisi menjadi sosok “Si Tukik” yang merupakan maskot berbentuk anak penyuk berwarna biru, dan juga merupakan salah satu simbol binatang endemik di Bali dan sekitarnya. “Alhamdulillah. Terima kasih untuk seluruh pihak yang telah memotivasi saya untuk mengikuti kompetisi ini. Di satu sisi saya pesimis karena ini merupakan lomba skala nasional dan saya sendiri tidak punya latar belakang desain grafis yang mumpuni. Tapi di lain sisi, motivasi dari orang-orang di sekitar saya mendorong saya untuk melakukan yang terbaik,” kata Nur kepada Radar Kuningan, kemarin (21/10). “Dan inilah hasil yang saya dapatkan. Semoga bisa menjadi motivasi untuk dapat lebih berprestasi ke depannya,” imbuh Nur yang bersama istrinya membuka jasa kerajinan tangan dan desain Mymosa Art Work ini. Nur saat ditemui di kediamannya saat mempersiapkan pembelajaran daring menuturkan, bahwa hal ini merupakan pencapaian yang luar biasa baginya di tengah situasi pandemi yang membatasi setiap aktivitas dan kegiatan, tetapi semangat berprestasi harus tetap terjaga. “Semoga kita segera keluar dari situasi sulit di masa pandemi ini, dan dapat beraktivitas secara normal sebagaimana biasanya,” harap Nur. (muh)  

Tags :
Kategori :

Terkait