KUNINGAN – Salah satu titik jalan kabupaten, penghubung Desa Windusari menuju Desa Kertayuga Kecamatan Nusaherang, diketahui ambles akibat tanah penyangga di sampingnya longsor. Jalan tersebut nyaris terputus, Desa Kertayuga pun terancam terisolir.
Pantauan Radar Kuningan di lokasi, Selasa (26/1), kondisi jalan ambles ini sangat memprihatinkan. Akses satu-satunya menuju Desa Kertayuga tersebut kini hanya bisa dilalui kendaraan roda dua, itu pun para pengendara harus ekstra hati-hati.
Longsoran tanah yang berada di salah satu samping jalan ini dikhawatirkan akan semakin meluas, sehingga keseluruhan jalan yang sudah terbelah dengan panjang sekitar 15 meter dan lebar sekitar 3 meter ini, akan benar-benar ambles. Terlebih intensitas hujan saat ini masih tinggi dan diperkirakan akan terus terjadi beberapa waktu ke depan.
Di sisi lainnya dari jalan ambles tersebut, terdapat tebing dengan ketinggian sekitar 10 meter, yang sewaktu-waktu bisa juga terjadi longsor, sehingga menimpa jalan sempit itu. Warga pun mengeluhkan kondisi jalan yang menjadi akses utama sehari-hari.
“Ini (jalan ambles) sudah terjadi dari beberapa hari lalu. Kondisinya parah, mobil tidak bisa lewat, hanya motor yang bisa lewat, itu juga harus hati-hati. Makanya untuk ciri, (jalan) yang retak dipagari oleh bambu,” tutur Didi Wangsa, salah seorang warga yang sering melewati jalan tersebut.
Kondisi jalan yang rusak ini, telah diadukan pihak Pemdes Windusari dan juga Kertayuga. Mereka sangat kompak bersuara agar pihak terkait segera menindaklanjuti kerusakan jalan penghubung kedua desa mereka, terlebih, di lokasi ini juga aliran irigasi yang ikut rusak dan harus segera diperbaiki.
“Ini masuknya di Desa Windusari. Awalnya terjadi tahun 2019, bulan Februari, irigasi terputus. Kita sudah usulkan dan baru tahun 2020 ditindaklanjuti. Tapi ternyata merambat ke jalan, sampai mau terputus seperti ini,” kata Kepala Desa Windusari, Kodiman SE, didampingi Kepala Desa Kertayuga Sri Nurhaeni saat diwawancarai di lokasi.
Kodiman menyebut, akibat jalan rusak tersebut, kendaraan roda 4 tidak bisa melintas, terutama untuk akses dari Desa Kertayuga menuju keluar. Ia menyebut, jalan ambles tersebut terjadi Kamis (14/1) lalu, sehingga Desa Kertayuga mulai terisolasi.
“Ini jalan kabupaten, dan Desa Kertayuga mulai terisolasi sejak jalan ini ambles. Alhamdulillah ini sudah ada respons, kita dengan reaksi cepat usulan-usulan, hadir para pemangku kebijakan, baik dari PUTR maupun dari dewan, juga dari muspika. Ini luar biasa, mudah-mudahan cepat ditangani,” harapnya.
“Ini PR bagi kita, mau bagaimana lagi, ke sebelah kiri saya ini jurang, di kanannya tebing. Satu-satunya cara, ya ini jalan harus segera diperbaiki,” imbuhnya.
Kepala Desa Kertayuga Sri Nurhaeni menambahkan, jalan yang ambles tersebut merupakan jalur utama transportasi, khususnya bagi warga Desa Kertayuga. Kendaraan roda empat dari desanya terpaksa tidak bisa keluar desa, sehingga untuk transportasi yang biasa menggunakan kendaraan roda empat, kini terpaksa harus menggunakan kendaraan roda dua.
“Untuk sementara ada angkot yang dikeluarkan, tapi sampai ujung sini. Nanti nyambung dari sebelah sana menuju Desa Windusari. Otomatis kalau ada pembelian material atau ada yang sakit, ya terpaksa dioper,” jelas Sri.
Untungnya, kata dia, saat ini anak-anak sekolah masih menjalani sistem pembelajaran daring dari rumah, sehingga tidak begitu merepotkan saat anak-anak sekolah harus bersekolah tatap muka dengan lokasi yang jauh, lantaran akses lalu lintas terganggu. Apalagi angkot di desanya hanya ada satu, sehingga saat sekolah seperti biasa sudah berjalan lagi, jelas akan terganggu.
“Kalau kondisi jalan yang rusak ini kelamaan, ya fatal bagi desa kami. Kasihan bagi warga untuk beraktivitas, karena mobil juga banyak yang terjebak di bawah. Tidak ada jalan alternatif, ini satu-satunya akses jalan menuju Desa Kertayuga, ke sananya buntu, kan Kertayuga mah akhir, tidak ada lagi jalan,” keluhnya.
Sebenarnya, lanjut Sri, tahun 2019 saat kerusakan masih sedikit, pihaknya sudah mengusulkan perbaikan TPT (Tembok Penahan Tebing) kepada dinas terkait melalui salah seorang anggota DPRD. Ternyata anggaran saat itu tidak ada, dan tahu-tahu kondisi jalan sudah retak-retak, bahkan ambles seperti yang terjadi saat ini.