KUNINGAN-Meski dengan ketat menerapkan protokol kesehatan (prokes), dalam diri seseorang terdapat sejumlah kelemahan dan kelengahan, sehingga berpotensi terpapar Covid-19.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Kuningan dr H Asep Hermana SpB FINAcS MM mengungkapkan, terdapat sejumlah kejadian seseorang yang memang disiplin dalam menggunakan prokes, ternyata terpapar juga oleh Covid-19. Kemudian terjadi pula setelah ada event-event tertentu di beberapa daerah, ternyata terjadi penambahan kasus Covid-19.
\"Nah dari berbagai macam tracking yang pernah kami lakukan di daerah, kemudian dari beberapa jurnal yang pernah saya baca juga ada yang disebut dengan titik lemah dan titik lengah, pada orang-orang yang kalau kita perhatikan mungkin orang tersebut paham dan tetap menjaga protokol kesehatan,\" kata dr Asep, Jumat (19/2).
Pertama, kata dr Asep, yakni titik lengah. Ini menjadi jalan penambahan kasus Covid-19. Di antaranya ketika seseorang bertemu dengan koleganya, keluarga dan sebagainya, dengan menganggap mereka orang dekat, sehingga tidak menggunakan masker, ditambah makan bareng. Padahal virus tidak mengenal saudara atau teman dekat.
\"Ini kejadian yang sering berulang, sehingga terjadi paparan,\" ujarnya.
Kemudian, sambung dr Asep, masalah kejenuhan. Ketika seseorang berdiam diri di rumah selama berbulan-bulan, sehingga ada keinginan untuk hidup bebas. Ketika terjadi kecenderungan tanpa mengindahkan protokol kesehatan, ini juga menjadi titik lengah yang menjadi ajang penularan virus.
\"Ada fenomena yang memang unik. Ini kan cuma sebentar, begitu difoto lepas masker. Kemudian juga setelah itu ternyata bukan hanya pas difoto, ketika persiapan difoto, rata-rata berbicara dan ngobrol dan rata-rata berdekatan. Nah, dari beberapa pengalaman ketika beberapa event yang mengarahkan foto-foto bareng, ini juga yang menjadi sumber penularan,\" sebutnya.
Hal yang terbesar, kata dr Asep, adalah makan bareng sahabat-sahabat. Ketika makan bareng itu, ada dua hal yang menjadi perhatian. Yakni sudah pasti masker dibuka, dan ketika makan bareng rata-rata berbincang.
\"Ini juga menjadi titik lengah, apalagi ketika makan bareng, umumnya jarak berdekatan. Terbukti beberapa kasus, termasuk beberapa pejabat terpapar karena prosesi makan bareng,\" tuturnya.
Lengah berikutnya, kata dr Asep, yakni kongkow atau ngobrol-ngobrol akibat adanya kejenuhan. Hal ini juga menjadi sumber penularan dan penyebaran Covid-19.
\"Selanjutnya yakni ketidaknyamanan. Ketika seseorang menggunakan masker merasa tidak nyaman terkadang dibuka. Ini juga menjadi titik lengah yang menjadi salah satu ajang penambahan kasus Covid-19,\" katanya.
Berikutnya, lanjut dr Asep, adalah titik lemah. Ia mencontohkan, ketika masuk supermarket kemudian memilih barang memang tertib. Tetapi saat pembeli antre di kasir, rata-rata kesabarannya hilang.
\"Ini juga menjadi titik lemah. Ketika seseorang misalnya masuk masih dalam kondisi lancar. Tapi ketika dia nyari sendal, rata-rata terjadi pengumpulan massa. Ini menjadi titik lemah,\" sebutnya.
Kemudian juga karena keterpaksaan, masih kata dr Asep, ketika tabungan mulai menipis karena kebutuhan, seseorang keluar tanpa mengindahkan protokol kesehatan. Ini juga menjadi titik lemah yang menjadi sumber penularan Covid-19.
Masalah pelanggaran protokol kesehatan, dr Asep mencontohkan terkait penggunaan masker yang berhari-hari tidak dicuci, lalu terkadang ada celah di antara masker dan wajah. \"Ini juga menjadi titik lemah,\" tuturnya.