Ciptakan Kopi Luwak tanpa Luwak, Difermentasi dengan Formula Khusus

Jumat 10-09-2021,10:45 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

Seorang warga Desa/Kecamatan Kadugede mewakili Jawa Barat mengikuti lomba inovasi teknologi tepat guna di tingkat nasional. Adalah Oleh Suparjo, berhasil menciptakan formula dan alat pembuat kopi luwak tanpa harus repot memelihara binatang luwak. Bagaimana prosesnya?

M Taufik, Radar Kuningan

Oleh Suparjo yang juga Ketua Pos Pelayanan Teknologi Tepat Guna (Posyantek) Kecamatan Kadugede masuk dalam 10 besar peserta Lomba Inovasi Teknologi Tepat Guna yang diadakan Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transigrasi (Kemendes PDTT). Oleh mempresentasikan temuannya tersebut di hadapan dewan juri dalam penilaian secara virtual di Hotel Horison Sangkan Aqua Park, kemarin (9/9).

Hadir dalam kegiatan penilaian virtual tersebut Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Kuningan Dudi Pahrudin didampingi Kabid Sumber Daya Alam dan Teknologi Tepat Guna Imat Masriadi serta Kabid Pengembangan Potensi Desa DPMD Provinsi Jawa Barat Bayu Rahmana.

Kepada dewan juri, Oleh meyakinkan dengan alat buatannya tersebut bisa menghasilkan kopi luwak dengan cita rasa yang mendekati sempurna meski tanpa lagi memanfaatkan binatang luwak. Dengan cara gabah kopi difermentasikan di dalam wadah ember kreasinya kemudian ditambahkan formula khusus buatannya. Setelah tujuh hari proses fermentasi, kopi luwak tanpa luwak buatan Oleh pun siap digiling dan dikonsumsi.

\"Jika kopi luwak asli difermentasi secara alami di dalam perut luwak, namun dengan teknologi ini gabah kopi difermentasi menggunakan alat fermentor sederhana yang saya buat dari ember plastik. Kemudian untuk proses fermentasi tersebut cukup menambahkan formula khusus yang saya buat dari hasil pengembangan bakteri yang terdapat pada kopi luwak asli dan diperbanyak,\" tuturnya.

Dengan menggunakan teknologi ini, kata Oleh, dirinya bisa memproduksi kopi luwak dalam jumlah banyak namun dengan harga jual yang lebih murah dibanding kopi luwak pada umumnya. Dikatakan, harga kopi luwak asli saat ini dijual dengan harga di kisaran Rp1,5 juta-Rp2 juta per kilogram, namun dengan teknologi ini dia bisa menjual kopi luwak hanya dengan harga Rp750 ribu saja.

\"Ini merupakan potensi bisnis yang sangat bagus bagi para pelaku usaha milenial. Tanpa repot lagi memelihara atau berburu feses luwak di hutan, kita bisa membuatnya dengan cara yang sederhana. Tapi kualitas kopi luwak tanpa luwak ini tidak kalah dengan yang asli,\" ujarnya.

Kepala DPMD Kabupaten Kuningan Dudi Pahrudin memberi dukungan penuh atas upaya Oleh Suparjo menciptakan teknologi sederhana memproduksi kopi luwak tanpa luwak ini.

\"Saya sudah merasakan sendiri kopi luwak tanpa luwak buatan Pak Oleh, dan ternyata benar punya cita rasa yang sangat mirip. Bahkan, kopi ini sudah dilakukan uji lab di Jember dan hasilnya pun ternyata sama persis,\" ungkap Dudi.

Dudi pun berharap, teknologi pembuat kopi luwak tanpa luwak hasil karya Oleh tersebut bisa lolos menjadi juara di tingkat nasional. Kemudian, lanjutnya, alat fermentor kopi luwak buatan Oleh ini ke depan bisa semakin berkembang dan banyak digunakan oleh masyarakat luas.

\"Selama ini permintaan kopi luwak asli cukup tinggi, namun ketersediaan di pasar masih terbatas dan harganya cukup tinggi. Dengan adanya teknologi ini, diharapkan bisa menyelesaikan masalah tersebut yang selanjutnya bisa memberi efek domino terhadap peningkatan pendapatan para petani kopi lokal,\" ujar Dudi.

Dudi pun berharap, kreastivitas Oleh ini bisa masuk juara tiga besar pada lomba inovasi teknologi tepat guna tingkat nasional tersebut. Sehingga bisa memotivasi warga Kuningan yang lain untuk berkreasi dan berinovasi menerapkan ilmu pengetahuan yang dimiliki untuk diimplementasikan kepada masyarakat.

\"Contohnya yang dilakukan Pak Oleh ini sudah berhasil membuat kopi luwak tanpa luwak dan sudah memproduksi dalam jumlah cukup besar. Bahkan kopinya sudah dijual tidak hanya di pasar lokal Kuningan, namun juga sudah menjangkau luar daerah,\" ujar Dudi.

Sementara itu, Kabid Pengembangan Potensi Desa DPMD Provinsi Jawa Barat Bayu Rahmana mengapresiasi kreasi alat fermentor kopi luwak tanpa luwak buatan Oleh tersebut dan optimistis bisa memenangkan lomba tersebut. \"Dari sekian banyak ajuan inovasi TTG dari berbagai daerah yang masuk, alhamdulillah dari Jawa Barat ada dua yang lolos dan masuk 10 besar tingkat nasional, salah satunya teknologi fermentor kopi luwak tanpa luwak dari Kuningan. Mudah-mudahan dari Kuningan ini bisa masuk tiga besar dan mendapat penghargaan dari Kemendes PDTT yang diserahkan langsung oleh Pak Presiden akhir bulan November mendatang,\" ujar Bayu. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait