KUNINGAN - Budidaya jamur merupakan salah satu sub sektor pertanian yang belakangan ini memiliki perkembangan sangat pesat. Pada saat ini banyak industri rumahan yang mengelola budidaya jamur. Jamur sangat mudah untuk dibudidayakan karena tidak mengenal musim dan tidak memerlukan lahan yang luas.
Salah satu kelompok yang bergerak di budidaya Jamur tiram adalah \"Ligar Jaya\" yang berada di Desa Geresik Kecamatan Ciawigebang Kuningan.
Salah satu petani jamur tiram Ligar Jaya Rohman (46 tahun) menuturkan dirinya mulai merintis usaha jamur tiram sejak 10 tahun yang lalu. Dari usaha budi daya jamur tiram tersebut, Rohman telah mempekerjakan belasan pemuda desa di sekitar rumahnya dengan hasil panen jamur tiram per hari mencapai 30 kilogram.
\"Awalnya budidaya jamur tiram hanya dalam jumlah kecil saja, dipasarkannya oleh istri dan saya keliling menggunakan sepeda ke setiap kampung dan pasar terdekat. Melihat respons pasar yang sangat menjanjikan maka saya mencoba untuk mengembangkannya lagi bersama masyarakat lainnya dengan mendirikan kelompok Ligar Jaya,\" ujar Rohman, Rabu (13/10).
Rohman mempunyai mimpi, dengan adanya budidaya jamur tiram ini banyak masyarakat yang ikut bekerja di sini sehingga dapat membuka lapangan kerja dan meningkatkan ekonomi masyarakat di sekitar.
Selain menjual Jamur Tiram di Ligar Jaya juga menjual baglog jamur dan bibit jamur tiram ( F0, F1, F2). Untuk pemasarannya, Rohman mengaku, saat ini sudah menjangkau ke berbagai wilayah yang ada di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Harga baglog jamur tiram di tempat (kumbung jamur) sekitar Rp 1.600/buah kalau harus dikirim ke lokasi ada biaya tambahan transportasi sesuai jarak, bibit jamur F0 Rp 100.000/botol, F1 Rp 25.000/botol, F2 Rp5.000/botol sedangkan harga jamur tiramnya biasanya Rp10.000/Kg serta di sesuaikan dengan harga di pasaran. Salah satu inovasi yang dilakukan oleh Rohman adalah dengan membuat oven yang berukuran besar sehingga dapat menampung lebih banyak lagi baglog jamur.
“Oven yang yang dibuat berbahan baku dari tembok (beton) yang bisa menampung 1.800 baglog saat pengovenan, kalau dulu saat menggunakan oven yang terbuat dari drum hanya dapat 800 buah baglog saja. Saya melakukan inovasi ini dengan proses percobaan lebih dari 10 kali sehingga bisa dapat diperoleh hasil yang maksimal seperti sekarang ini. Rencana kedepannya akan membuat ovennya yang terbuat dari pelat besi (stainless) supaya dapat lebih maksimal lagi namun perlu biaya yang lumayan juga” jelas rohman.
Lanjut dirinya, tantangan saat ini yang dihadapi yakni harga dedak dan plastis yang terus naik sedangkan harga jual jamur tiramnya tetap.
“Saat ini kami berusaha mulai bangkit kembali setelah melewati masa pandemi yang sangat berdampak pada usahanya,” harapnya. (fik)