KUNINGAN - Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) kembali akan melepasliarkan seekor Macan Tutul Jawa ke kawasan Gunung Ciremai dalam waktu dekat ini. Kali ini, macan tutul yang akan dilepaskan berjenis kelamin betina yang rencananya bakal menjadi teman hidup macan tutul Slamet Ramadhan yang dilepasliarkan pada tahun 2019 lalu.
Rencana pelepasliaran macan tutul betina ini pun disosialisasikan kepada warga sekitar kawasan Gunung Ciremai di J&J Resto, Selasa (7/12) pagi. Kepala BTNGC Teguh Setiawan menyampaikan langsung kabar ini kepada para kepala desa di kawasan lereng Ciremai dan para pelaku usaha wisata termasuk Bupati Kuningan Acep Purnama yang berkesempatan hadir.
\"Hari ini kami melaksanakan sosialisasi rencana pelepasan kalung GPS collar yang ada di leher Slamet Ramadhan yang kita lepasliarkan pada tahun 2019 lalu, sekaligus memperkenalkan ke betina yang akan menjadi teman hidup dia. Karena, berdasarkan hasil rekaman kamera jebak kami terdeteksi ada dua macan tutul di kawasan Gunung Ciremai, yakni Slamet Ramadhan dan satu lagi penghuni asli yang ternyata juga berkelamin jantan. Sehingga untuk mempertahankan keberadaan macan tutul di Ciremai, selain dengan menjaga pakan tetap terjaga juga dengan cara menambah individu yang berbeda jenis kelaminnya, sehingga bisa berkembang biak,\" ungkap Teguh kepada Radar usai kegiatan sosialisasi.
Teguh menambahkan, macan tutul betina yang akan dilepasliarkan nanti didatangkan dari Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Cikananga Sukabumi. Adapun rencana pelepasliaran, diagendakan pada akhir Desember ini atau awal Januari 2022 mendatang.
\"Oleh karena itu kami sosialisasikan hari ini agar masyarakat tidak kaget, meskipun kami sudah perhitungkan titik lokasi pelepasliaran ini akan dilakukan jauh dari pemukiman warga. Yakni di atas Blok Bintangot sekitar stasiun penelitian kami yang jauh dari pemukiman,\" ungkapnya.
Terkait kemungkinan kekhawatiran warga akan dampak yang ditimbulkan dari penambahan populasi macan tutul ini, Teguh menjamin hal tersebut tidak akan terjadi. Pasalnya, macan tutul merupakan salah satu jenis top predator yang tidak ingin berkonflik dengan manusia. Ini terbukti dengan tidak adanya laporan kasus Macan Tutul Jawa yang menyerang manusia.
\"Seperti yang terjadi pada Slamet Ramadhan, kami pernah menerima laporan dari warga yang melihatnya di daerah Blok Malarahayu, Majalengka, pada bulan Oktober lalu. Tapi di kebun, bukan di kandang ternak. Sehingga kami menduga, turunnya Slamet Ramadhan tersebut bukan untuk mencari mangsa, melainkan sedang birahi mencari betina. Setelah melihat manusia, dia kemudian pergi dan tidak melakukan penyerangan,\" ungkap Teguh.
Justru setelah hadirnya Slamet Ramadhan di Gunung Ciremai, kata Teguh, banyak masyarakat yang merasakan manfaat terutama dalam hal pengendalian hama pertanian seperti monyet dan babi hutan. \"Karena makanan macan tutul ini di antaranya monyet dan babi hutan yang selama ini kerap mengganggu pertanian milik warga lereng Ciremai. Oleh karena itu, dibutuhkan peran serta masyarakat untuk menjaga ekosistem kawasan Ciremai ini dengan tidak melakukan perburuan sehingga kebutuhan makan satwa kunci ini bisa tetap terjaga,\" paparnya.
Sementara itu, Bupati Kuningan Acep Purnama menyampaikan dukungan atas rencana pelepasliaran seekor Macan Tutul Jawa betina tersebut sebagai salah satu upaya pelestarian ekosistem di kawan Gunung Ciremai. Menurutnya, upaya ini selaras dengan komitmen pemerintah daerah yang mengusung konsep pembangunan Kabupaten Kuningan sebagai kabupaten konservasi.
\"Kegiatan pelepasliaran Macan Tutul Jawa sebagai salah satu satwa kunci Gunung Ciremai ini selaras dengan konsep pembangunan Kabupaten Kuningan sebagai kabupaten konservasi, dan saya sangat mendukung. Saya juga mengimbau kepada seluruh masyarakat terutama yang tinggal di kawasan hutan TNGC untuk turut menjaga dan memulihkan habitat satwa ini dengan tidak mengganggu apalagi melakukan perburuan yang berdampak terputusnya rantai makanan satwa penghuni Ciremai,\" ujar Acep. (fik)