Radarkuningan.com, CIREBON - Ki Jagabaya adalah utusan Prabu Siliwangi yang dikisahkan dikirim untuk menagih pajak bagi Kerajaan Pajajaran.
Ki Jagabaya dikirim Prabu Siliwangi, karena Sunan Gunung Jati yang memimpin Cirebon memilih menghentikan pengiriman upeti kepada Kerajaan Pajajaran.
Namun, setibanya di Cirebon, Ki Jagabaya malah beralih misi. Dia memeluk agama Islam dan menjadi pengikut Sunan Gunung Jati.
Bahkan setelah itu, Ki Jagabaya juga memilih memeluk agama Islam dan mengganti nama. Sang Tumenggung pun memilih tinggal di Cirebon.
BACA JUGA:Golono, Perkedel Ampas Tahu Khas Kuningan
Pada versi yang lain, Ki Jagabaya diamanati memberikan gelar Sri Mangana untuk Pangeran Cakrabuana.
Namun, kedatangan Ki Jaganaya ke Cirebon rupanya bukan untuk kembali pulang ke Kerajaan Galuh.
Entah apa yang terjadi, petinggi Kerajaan Pajajaran itu, meninggal dunia dan makamnya sampai saat ini ada di Kelurahan Kesenden, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon.
Waktu itu, Prabu Siliwangi adalah Raja Kerajaa Pajajaran. Tapi belum bertakhta di Pakuan, atau saat ini kawasan Bogor. Melainkan masih berpusat di Galuh atau wilayah Kabupaten Ciamis.
BACA JUGA:Mobil Staf Ahli Bupati Kuningan Tiga Tahun Belum Bayar Pajak
Pustakawan Keraton Kanoman, Farihin mengatakan, peristiwa Pangeran Walangsungsan dan Nyi Mas Rara Santang keluar dari Keraton Pajajaran juga terjadi di Galuh.
Di tahun-tahun itu, Prabu Siliwangi sudah bertakhta sebagai Raja Pajajaran. Tetapi belum dinobatkan di Pakuan.
Menurut Pustakawan Keraton Kanoman, Ki Jagabaya adalah petinggi Kerajaan Pajajaran yang dikirim Prabu Siliwangi ke Cirebon.
"Ki Jagabaya/n itu petinggi Pajajaran sekelas patih yang datang ke cirebon untuk pemberian gelar Sri Mangana kepada Pangeran Cakrabuana," katanya.
Ki Jagabaya, kata Farihin juga utusan Prabu Siliwangi yang bermaksud menegur Sunan Gunung Jati, karena menghentikan pajak ke Pajajaran.
Sementara itu, sumber lain menyebutkan bahwa Ki Jagabaya atau Jagabayan memilih membelot dari Prabu Siliwangi.
Pejabat tinggi sekelas patih itu, memilih masuk Islam berganti nama Abdurahman. Kemudian menjadi pengikut Sunan Gunung Jati.
Masjid Jagabayan yang berada di Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, menjadi salah satu jejak Tumenggung Jagabaya.
BACA JUGA:Ki Datul Fardun Menyimpan Dendam kepada Sunan Gunung Jati
Masjid Jagabayan yang ada di Jl Karanggetas, awalnya pos penjagaan yang ditempati Tumenggung Jagabaya untuk pengawasan.
Seperti diketahui, di Kelurahan Kesenden, Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon, ada sedikitnya 8 situs baik makam hingga petilasan. Sebagian besar terkait dengan Kerajaan Pajajaran.
Area situs tersebut penting untuk dilestarikan. Pasalnya, sempat pula terancam akan digusur untuk pembangunan kos-kosan.
Beruntung waktu itu cepat dikomunikasikan. Keraton Kanoman menyurati kelurahan, hingga masyarakat setempat.
BACA JUGA:Mati Suri Menurut Islam, Benarkah Pergi ke Alam Akhirat?
Sehingga bisa dilakukan mediasi dan akhirnya tidak jadi digusur untuk keperluan membangun kos-kosan. Bahkan, area makan tersebut sudah diberi plang oleh Keraton Kanoman.
Terkait banyaknya peninggalan Kerajaan Pajajaran di Kelurahan Kesenden, Kota Cirebon, besar kemungkinan karena interaksi kedua kerajaan.
Apalagi Pangeran Walangsungsang ketika itu mendirikan pedukukan di pesisir Cirebon. Besar kemungkinan area tersebut menjadi lokasi berkembangnya pedukuhan.
Begitu juga Sunan Gunung Jati yang tidak lain adalah cucu dari Prabu Siliwangi. Karenanya, interaksi tentunya sangat kuat.
BACA JUGA:Plat Nomor Putih Sudah Berlaku di Jawa Barat, Begini Ketentuannya
Demikian kisah Ki Jagabaya yang merupakan petinggi Kerajaan Pajajaran dan utusan Prabu Siliwangi untuk Cirebon. (yud)