"Mengapa rakyat Kadipaten Tuban yang sudah hidup sengsara dibuat lebih menderita, Ramanda?" tanya Raden Syahid kepada ayahnya.
Mendapat pertanyaan tersebut dari sang anak, adipati hanya bisa menahan murka, karena dirinya merupakan seorang bawahan dari Kerajaan Majapahit dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Sebaliknya, banyak para petinggi lain yang berbuat semena-mena dan terbukti salah secara hukum, memproklamirkan diri sebagai orang yang tidak bersalah di hadapan rakyat.
Melihat kondisi seperti itu, Raden Syahid memilih menjadi 'pencuri budiman'. Mula-mula dibongkarnya gudang penyimpanan bahan makanan milik kadipaten, kemudian dibagikan kepada rakyat Tuban secara diam-diam.
Sementara itu, rakyat yang menerima bahan-bahan makanan itu, tidak pernah tahu siapa orangnya.
Lewat sebuah pengintaian penjaga kadipaten, akhirnya Raden Syahid tertangkap basah ketika sedang mengambil bahan makanan.
BACA JUGA:KISAH WALI SONGO! Jadi Murid Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga Sempat Menetap di Cirebon
Kemudian Raden Syahid diserahkan ke hadapan Adipati Tumenggung Wilatikta untuk diadili.
Mengetahui anaknya yang menjadi pencuri bahan makanan dari gudang milik Kadipaten, Adipati Tumenggung Wilatikta murka dan merasa tercoreng namanya.
Karena malu, Raden Syahid akhirnya diusir oleh Adipati Tumenggung Wilatikta keluar dari Kadipaten.
Namun, pengusiran tersebut tidak membuat Raden Syahid menjadi ciut, tindakan semakin menjadi-jadi. Dirinya malah melakukan perampokan dan pembegalan terhadap orang-orang kaya di Kadipaten Tuban.
Tetapi tetap seperti semula, hasil perampokan kembali dibagi-bagikan kepada rakyat Tuban yang membutuhkan.
Tidak lama kemudian, Raden Syahid akhirnya tertangkap lagi, kali ini hukuman yang diberikan berupa pengusiran dari wilayah Kadipaten Tuban.
Di usir dari kampung halaman, Raden Syahid keluar Kadipaten Tuban tanpa arah, dirinya berjalan mengikuti langkah kaki tanpa tujuan.