Masyarakat cukup beralasan menyebut kawasan gunung tersebut dengan Gunung Tilu, yang berarti tiga, karena dari setiap sudut, kawasan tersebut selalu memperlihatkan tiga gundukan gunung.
BACA JUGA:Harlah 1 Abad Nahdlatul Ulama, Ribuan Warga Kuningan Padati Stadion Mashud
BACA JUGA:Barang Bukti Hasil Kejahatan Dimusnahkan
Dikutip dari kuningankab.go.id, pengelola kawasan hutan produksi di Gunung Tilu adalah Perum Perhutani KPH Kuningan.
Misteri yang tersimpan di Gunung Tilu, salah satunya adalah Situs Batu Naga, Gerbang Alam Khayangan.
Situs ini berupa dua batu besar berdiri saling berhadapan seperti membentuk sebuah tiang gerbang.
Batu ini bergambar naga, sehingga disebut batu naga. Di batu tersebut juga terdapat ukiran pria botak memegang senjata, dan seorang punakawan.
BACA JUGA:Global Islamic Finance Summit 2023, Komitmen Kuat BSI Dorong Kemajuan Ekonomi Syariah Indonesia
BACA JUGA:MOLOR, Rapat Paripurna Pansus Gagal Bayar Belum Memenuhi Kuorum
Batu itu diperkirakan ada sejak zaman prasejarah. Dan ukiran pada batu itu diprediksi dilakukan pada abad 14-15 masehi di zaman kerajaan Sunda.
Menurut cerita rakyat, sejarah Gunung Tilu merupakan lahan kosong yang dijadikan pasar rakyat.
Pada zaman dahulu, ada seorang bapak tua berjualan minyak tanah di pasar tersebut kemudian tertabrak kuda sembrani.
Lokasi tertabraknya penjual minyak tanah dan kuda sembrani tersebut, menjadi Gunung Tilu yang berdiri hingga sekarang.
BACA JUGA:Kebijakan Kepala Desa Karangbaru Dianggap Menyalahi Aturan, Berikut Rinciannya
BACA JUGA:Warga Karangbaru Keukeuh Minta Kades Mundur, Indra: Kami Sudah Tidak Percaya Lagi
Adapun larangan bagi para pendaki yang hendak naik ke puncak Gunung Tilu, tidak boleh buang air kecil sembarangan.