Kemudian juga, tiap-tiap pencuri yang melakukan pencurian di Desa Mandirancan akhirnya tertangkap juga.
Jika tidak tertangkap, para pelaku kejahatan tersebut justru mengalami kegagalan. Atau apes dalam bahasa Sunda hingga akhir hayatnya.
Ada bukti yang bisa memperkuat argumen tersebut. Ketika aksi Agresi Belanda tahun 1947-1949, desa ini diduduki oleh Belanda. Desa ini menjadi pos aliran air ledeng dari Desa Paniis ke Kota Cirebon.
Pada saat itu penduduk umumnya ada di pihak gerilyawan. Berulang kali markas Belanda yang berada di desa ini diserang gerilyawan. Namun serangan tersebut tidak membawa hasil.
Pernah ada peluru granat yang dilemparkan di depan markas tersebut tidak meledak. Peluru mortir yang jatuh di salah satu rumahpun tidak meledak.
Berkali-kali serangan pihak gerilyawan tidak membawakan hasil. Begitu juga tahun 1949, gerilyawan secara serentak melakukan serangan fajar, tetapi juga tidak berhasil.
Pada tahun 1956 di Mandirancan ada yang bertugas satu Kompi Mobrig Jon 5118 bertempat di balai desa. Pasukan tersebut pernah mengalami serangan dari gerombolan DI Kartosuwiryo.
Gerombolan tersebut menyerang dari sebelah timur yang hanya berjarak 10 meter. Serangan inipun gagal. Pada 1959 gerombolan DI Kartosuwiryo mengalami kehancuran.
BACA JUGA:Penyembuh Berbagai Macam Penyakit Kulit, Inilah 2 Rekomendasi Kolam Renang Air Panas di Kuningan
Itulah beberapa contoh kesaktian Desa Mandirancan. Berkali-kali diserang, tidak pernah berhasil.
Adapun “Rancan” yang artinya “Rencana”, menurut keterangan dari orang tua terdahulu, mengandung pengertian segala rencana dapat dilaksanakan dengan baik.
Pendapat kedua, “Mandi” yaitu tempat mandi di kampung Cibarong Blok Pon Desa Mandirancan. Di sana terdapat mata air yang jernih. Sampai sekarang ramai digunakan sebagai tempat mandi oleh masyarakat setempat.
Kata rancana berasal dari kata ranca yang artinya rawa. Kemungkinan dahulu pernah ada orang yang telah mandi di ranca. Akhirnya kalimat tersebut sampai sekarang menjadi nama desa.
BACA JUGA:Agar Sejahtera, Rokhmat Ardiyan Ingin UMKM Naik Kelas, Begini Keluhan Ketua Paguyuban UMKM Kuningan
Dahulu, banyak petapa melakuakan mandi di malam hari untuk menambah kekebalan, kekuatan dan kesaktian. Ada 7 tempat mandi yang digunakan. Ada yang ada di desa dan di luar desa tersebut.