Pada masa itu Sultan Shafiudin memang merencanakan pengusiran orang-orang Belanda yang sebelumnya sudah menguasai Cirebon.
Upaya pengusiran Belanda dari Cirebon itu direncanakan dengan baik oleh Sultan. Secara sembunyi-sembunyi Sultan memproduksi senjata di Gua Sunyaragi.
Sultan jika di depan Belanda tampak bersahabat. Padahal sebenarnya dia sedang melakukan usaha-usaha mengusir Belanda dari tanah Cirebon.
Sultan pun sudah menentukan waktu pengusiran penjajah itu dengan matang. Dimulai dengan memproduksi senjata dan pelatihan perang di Sunyaragi.
Hanya saja, karena ada pengkhianat yang membocorkan rencana Sultan tersebut, Belanda pun marah. Dengan kekuatan penuh Belanda akhirnya menyerang Sunyaragi.
Bahkan penyerangan yang dilakukan Belanda dilakukan dengan tiba-tiba. Sultan dan para pengikutnya pun belum siap betul menghadapi Belanda.
Serangan yang dilancarkan Belanda banyak memakan korban, terutamanya dari kalangan pengikut Sultan. Meskipun demikian, Sultan Shafiudin dan ratusan pengikutnya berhasil menyelamatkan diri.
Sultan dan sebagian pengikutnya menyingkir ke daerah pegunungan di wilayah selatan Cirebon. Kelak, para pelarian ini kemudian membangun perkampungan rahasia.
BACA JUGA:Jalur Pendakian Gunung Ciremai via Palutungan, Lebih Landai Tapi Tanjakan Asoynya Mantap!
Semangat untuk mengusir Belanda masih belum padam. Di perkampungan yang baru didirikan, Sultan Shafiudin merekrut kembali para pengikut baru.
Banyak rakyat Cirebon yang bersedia bergabung dengan Sultan untuk berjuang bersama-sama melawan Belanda.
Walau demikian, dalam merekrut pengikut barunya, Sultan lebih selektif. Biar tidak terjadi pengkhianatan seperti yang terjadi di Sunyaragi.
Sultan pun mengajukan persyaratan khusus. Selain para pengikutnya harus dilatih ketentaraan terlebih dahulu, Sultan juga mewajibkan untuk dapat memahami ajaran agama.
Bagi yang tidak bisa mengaji, dan belum pandai membaca al-Quran, Sultan tidak mengizinkannya ikut berjihad. Meskipun yang bersangkutan sudah pandai bela diri.