Katak ini sering ditemukan dekat pemukiman dan hutan sekunder. Suaranya sering terdengar keras sejak menjelang magrib.
Di saat musim kawin, beberapa katak jantan menunjukkan sikap agresif terhadap kehadiran cahaya dengan menghampiri dan bertengger dekat cahaya, dan lalu bersuara.
Bunyi khasnya adalah pro-ek.. wrok!... krot..krot..krot, seperti orang menggesekkan giginya.
Pada musim kawin, biasanya hewan ini hidup di dekat kolam, parit atau genangan air. Bahkan, bisa sampai berkumpul 10 individu jantan di satu lokasi.
BACA JUGA:Kucing Kampung Dengan Kehidupan Liar, Memiliki 3 Penyakit Dapat Mengancam Keselamatannya
Saat bertemu dengan pasangannya, katak pohon bergaris biasanya langsung mencari daun atau ranting yang berada dekat air untuk menempelkan telur.
Telur-telur ini, akan ditempatkan di sarang berupa busa yang menempel pada daun, ranting atau bahkan tangkai rumput.
Gelembung busa tersebut merupakan pelindung dari telur agar tidak mengalami kekeringan. Sehingga pada waktunya menetas, nantinya kecebong akan berjatuhan ke air.
Di saat musim kawin, katak pohon bergaris dikenal sensitif dan agresif terhadap cahaya senter.
BACA JUGA:Ketahui Ini Jika Anda Memelihara Kucing, 4 Cara Agar kucing Tidak Merasa Bosan
Demikian informasi mengenai katak pohon bergaris yang merupakan salah satu satwa penghuni Gunung Ciremai. (*)