Cigowong, Kisah Kampung Mati di Kuningan, Musnah Akibat Keganasan Gerombolan DI TII

Minggu 14-04-2024,15:06 WIB
Reporter : Yuda Sanjaya
Editor : Yuda Sanjaya

Kondisi ini memaksa warga kampung itu direlokasi ke wilayah barat yang lebih aman. Lokasi relokasi ini menjauh dari puncak Gunung Ciremai yang menjadi basis pertahanan gerombolan DI/TII.

Mereka yang direlokasi adalah warga yang masih tersisa dari pembantaian massal dan pembakaran rumah oleh gerakan separatis DI/TII. Warga pun  menyambut baik niat pemerintah ketika itu.

Kala itu, tahun 1954, warga pun dipindah secara sukarela ke arah barat lereng Gunung Ciremai. Harapannya dapat hidup aman dari gangguan gerombolan DI/TII.

Sejak pecahnya konflik bersenjata antara TNI dan  separatis bersenjata DI/TII, rakyat bahu-membahu mempersempit ruang gerak pemberontak. 

BACA JUGA:6 Manfaat Menanam Tanaman Lidah Mertua di Dalam Ruangan, Bukan Sekedar Tanaman Hias Belaka!

Puncaknya terjadi pada 4 Juni 1962, ketika Kartosuwiryo berhasil ditangkap. Pemerintah mengapresiasi dalam menumpas gerakan separatis DI/TII.

Apresiasi itu berupa pembagian kavling pemukiman kepada warga yang terkena dampak akibat ulah pemberontak.

Ada sekitar 200 KK mendapat lahan pemukiman seluas 14 bata atau sekitar 14 meter persegi per KK.

Warga Cigowong yang mengungsi di Cisantana pun kembali ke atas. Namun bukan ke Cigowong. Mereka menempati kavling baru di sekitar Palutungan sekarang.

BACA JUGA:7 Manfaat Menanam Lidah Mertua di Rumah,Benarkah Dapat Meningkatkan Kesehatan?

Hal itulah yang menyebabkan Cigowong menjadi kampung yang hilang. Kampung yang memiliki mata air yang jernih tersebut, sekarang telah tiada. Bekas kampung itu sekarang hanya menjadi salah satu pos pendakian Gunung Ciremai. (*)

Kategori :