Kelompok pertama yang merupakan kasta tertinggi disebut trekkers, yakni imigran Eropa yang datang ke Hindia Belanda murni untuk meniti karier dan berniat kembali ke Belanda saat pensiun.
Kemudian, ada pula yang disebut blijvers. Mereka adalah orang-orang asli Eropa yang berniat menetap dan memiliki anak-anak yang lahir di Hindia Belanda.
Kelompok ketiga biasa disebut Indo, yakni orang-orang yang lahir dari pernikahan campur pribumi dan Eropa.
Tidak semua orang Indo otomatis dapat status yang setara dengan darah murni, terutama bila mereka lahir di luar nikah atau bukan keturunan langsung dari pihak ayah.
BACA JUGA:Keseruan Rangkaian Hari Pelanggan Nasional Bersama Yamaha Jabar
Menariknya, blijvers dan Indo ternyata punya kedekatan khusus karena persamaan nasib.
Mereka sama-sama tak dianggap setara dengan trekkers. Menurut Van Der Kroef dalam tulisannya berjudul 'Social Conflict and Minority Aspirations in Indonesia' di American Journal of Sociology, blijvers umumnya tinggal di wilayah-wilayah terpencil di negara kepulauan ini.
Mereka sudah berasimilasi dan biasanya bersimpati dengan kemalangan orang-orang pribumi.
Ini kontras dengan trekkers yang masih amat percaya dengan nilai-nilai kolonialisme.
BACA JUGA:Hasil Pertandingan PSM vs Persib Bandung, Sama-Sama Buntu
Blijvers bisa datang dari beragam profesi, Van Der Kroef menemukan bahwa kebanyakan dari mereka adalah misionaris, akademisi, pensiunan tentara, sampai pekerja di sektor agrikultur.
Sayangnya, meski blijvers relatif dekat dengan pribumi, sebagian besar memilih melakukan repatriasi ke Belanda karena sentimen negatif terhadap warga Eropa yang menguat jelang dan setelah kemerdekaan. Semoga bermanfaat!