Salah satu pengalaman menarik bagi Dian adalah tinggal di tenda bersama kepala daerah lainnya.
Selama retret, ia berbagi tenda dengan Bupati Majalengka dan Wali Kota Depok.
Menurutnya, suasana malam hari sering diisi dengan diskusi ringan hingga berbagi pengalaman dan program unggulan masing-masing daerah.
"Kami saling bertukar ide. Ada banyak program bagus dari Majalengka dan Depok yang bisa menjadi inspirasi bagi Kuningan. Kami menerapkan metode ATM—Amati, Tiru, dan Modifikasi. Jadi, ini bukan sekadar menginap di tenda, tetapi juga membawa manfaat nyata bagi pembangunan daerah," ungkapnya.
Meski agenda cukup padat dan fisik terasa lelah, Dian mengaku tetap menikmati pengalaman ini karena suasana yang mendukung dan materi yang menarik.
"Fasilitas tenda sangat representatif. Hawanya pun sejuk, mirip seperti di Kuningan, jadi semakin nyaman," tuturnya dengan antusias.
Lebih dari sekadar ajang pembelajaran, retret ini juga membuka kesempatan bagi kepala daerah untuk berinteraksi dengan rekan-rekan dari berbagai provinsi di Indonesia.
"Saya berbincang dengan kepala daerah dari Trenggalek, Bone, dan daerah lainnya. Bercanda santai, tapi tetap dalam konteks berbagi pengalaman dan wawasan," katanya.
Meski memiliki latar belakang pendidikan militer dasar, Dian tetap terkejut dengan konsep retret ini.
"Saya pikir akan sangat formal dan kaku, ternyata tidak. Justru lebih cair dan familial, tetapi tetap berbobot secara substansi," ujarnya.
Dengan berbagai wawasan dan pengalaman yang diperoleh selama retret, Dian berharap dapat menerapkan hasil diskusi ini dalam kebijakan-kebijakan yang lebih baik untuk Kabupaten Kuningan.
"Seperti yang selalu diingatkan Pak Prabowo, kita harus terus berjuang tanpa henti, berkorban, dan melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya," pungkasnya.