KUNINGAN, RADARKUNINGAN.COM – Puluhan warga dari berbagai kalangan di Desa Koreak, Kecamatan Cigandamekar, mendatangi Balai Desa untuk melakukan audiensi bersama pemerintah desa (Pemdes) pada akhir pekan lalu.
Pertemuan tersebut menjadi wadah bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi terkait pentingnya keterbukaan dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).
Rizky Subangkit, tokoh muda sekaligus Ketua Karang Taruna Margatama yang akrab disapa Bangkit, menjelaskan bahwa audiensi ini digagas karena banyaknya dorongan dari masyarakat.
Ternasuk para perantau, yang ingin mengetahui secara jelas bagaimana dana desa dikelola.
BACA JUGA:Gerakan Membaca Buku Bersama di Sepanjang Jalan Sumur Bandung Majalengka
BACA JUGA:Proges Ketahanan Pangan Pemkab Cirebon Cukup Menggembirakan, Ini Buktinya
“Warga banyak mempertanyakan penggunaan dana desa, program pembangunan, serta proyek yang sudah dijalankan. Karena belum ada kejelasan, kami sepakat mengadakan audiensi agar bisa menyampaikan aspirasi secara langsung. Ini bukan untuk menuduh, tetapi demi keterbukaan,” ujar Bangkit.
Dalam pertemuan yang dihadiri sekitar 100 warga tersebut, masyarakat menyampaikan tujuh pokok aspirasi utama.
Di antaranya, keterbukaan dalam penggunaan dana desa, prioritas pembangunan yang menyentuh kebutuhan dasar warga, kejelasan peran aparat desa, transparansi dana Dewan Kemakmuran Masjid (DKM).
Dukungan untuk kegiatan kepemudaan dan Karang Taruna, keterbukaan pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), serta kejelasan mengenai aset desa.
BACA JUGA:Dorong Program MBG Dievaluasi, Fraksi PKS Sentil 6.000 Kasus Stunting di Kuningan
BACA JUGA:Rumah Lansia Hampir Ambruk, Ketua DPRD Kuningan Ajak Warga Gotong Royong Sabtu Ini
Bangkit menyebutkan bahwa Pemdes merespons dengan baik tuntutan masyarakat.
Kepala Desa Koreak, Eka Susila, hadir bersama perangkat desa lainnya dan menyambut semua masukan dengan sikap terbuka. Ia juga menyatakan komitmen untuk memperbaiki tata kelola pemerintahan desa agar lebih transparan dan akuntabel.
Bangkit menekankan bahwa kegiatan ini bukanlah bentuk protes atau demonstrasi, melainkan dialog untuk membangun desa secara bersama.