"Kalau tempatnya nyaman, insyaallah ilmu bisa diserap dengan baik. Harapan kami, program Ruang Pintar ini dapat membantu para nasabah menyekolahkan anaknya minimal di tingkat PAUD dan TK," terangnya.
Pengelola Yayasan Al Hijrah Griya Caraka, Wawan Ernawan, menyampaikan rasa syukurnya atas keberlanjutan program ini.
BACA JUGA:Danrem 063 Sunan Gunung Jati Kunjungi Kodim 0615 Kuningan, Peran Baninsa Jadi Perhatian
Menurutnya, Ruang Pintar PNM turut serta membawa perubahan signifikan bagi lembaganya, selain dukungan hampir 100 wali santri saat ini.
"Alhamdulillah, keberadaan Ruang Pintar PNM ini sangat membantu. Mulai dari renovasi plafon, bantuan lemari buku, printer, laptop, hingga seluruh kebutuhan ATK. Sangat menunjang kegiatan belajar mengajar di Al Hijrah," ungkapnya.
TPQ dan TKQ Al Hijrah berdiri pada 2018. Perjalanan panjang pengelola untuk mewujudkan pendidikan Alquran, berawal saat lembaga ini dimulai dengan mengontrak tempat selama dua tahun.
Di tahap itu, 200 santri antusias belajar Alquran sepulang sekolah, dari siang hingga sore hari. Hingga akhirnya, pengelola mendapatkan bangunan wakaf dari wali santri.
Karena sebagian siswa mengikuti sekolah umum dengan sistem full day school dan tambahan les sore, saat ini Al Hijrah tetap memiliki santri yang banyak.
Hingga November 2025, tercatat 97 santri aktif mengikuti pembelajaran Iqra 1-6 dan Alquran.
Pendaftaran terbuka setiap hari tanpa sistem gelombang, karena pembelajaran berbasis jenjang Iqra.
Santri dapat langsung menyesuaikan dengan kelompok belajarnya mulai dari Iqra 1 hingga Iqra 6 sebelum melanjutkan ke Al-Qur’an.
Menurut Wawan, kemampuan santri sangat beragam. Ada yang menyelesaikan jenjang dalam satu tahun, ada pula yang membutuhkan waktu dua tahun atau lebih.
Menariknya, jumlah tenaga pengajar di Al Hijrah justru melimpah. Hal ini berkat jaringan silaturahmi yang luas antara para ustaz dan ustazah.
"Tenaga pengajar selalu siap. Kami punya banyak stok karena sudah membangun forum sejak awal. Mereka mengabdi lillahi ta’ala. Kalau hanya mengandalkan honor, tentu tidak akan berjalan,” jelas Wawan.
Untuk mengoptimalkan ruang belajar, Al Hijrah menerapkan sistem dua shift, yaitu Shift 1 pukul 14.00–16.00, dan Shift 2 mulai 16.00–17.30 WIB. Satu shift dapat menampung hingga 50 santri, terbagi kedalam lima kelas.
Disela simbolis serahterima bantuan, santri Al Hijrah menyaksikan penampilan Tari Topeng Khas Cirebon, bagian dari kekayaan seni dan budaya setempat yang dilestarikan.