Pabrik Krupuk Dua Sari di Desa Gerba Keuntungannya Tembus Rp4 Miliar Per Tahun
KUNINGAN-Siapa tak kenal kerupuk. Makanan sederhana nan murah ini, adalah lauk wajib bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Makan tanpa kerupuk, pasti terasa kurang lengkap. Siapa sangka, kerupuk yang ada di meja makan berasal dari Desa Gerba. Ya, meski sifat kerupuk mudah melempem, tapi bagi Juhri Mulyadi (52), warga RT 01/01 Dusun Manis, Desa Gerba, Kecamatan Kramatmulya, kerupuk telah membuat kehidupan suami tercinta Nani Yuliani ini, bersemangat. Semangat mengolah, menjual dan memetik profitnya yang menjanjikan. Maklum, Juhri Mulyadi ialah Owner Pabrik Kerupuk Dua Sari. Merek kerupuk yang tidak asing bagi masyarakat Kuningan, mengingat selain rasa khasnya kremes gurih, kerupuk Dua Sari sudah memiliki pasar cukup luas. Tapi meski kerupuk asli Kota Kuda, permintaan kerupuk milik ayah satu anak, ini justru lebih banyak datang dari Kota dan Kabupaten Cirebon, sebagian besar lagi Bandung. Berkat keuletan, kerja keras dan keyakinannya, Juhri Mulyadi mampu meraup untung Rp3 miliar hingga Rp4 miliar/tahun. Sukses Juhri Mulyadi tidak didapat mudah. Sebelum mandiri, Ia mengawali kehidupan mudanya bekerja di pabrik kerupuk Cicaheum, Bandung. Bukan hanya mengolah hingga kerupuk siap saji. Juhri pun ikut menjualnya ke setiap warung dengan menggunakan kaleng. Diupah Rp6 ribu/bulan, Ia hanya bertahan 3 tahun bekerja. Tahun 1993, Ia memilih mundur diri, lalu pulang kampung. Tak juga mendapat pekerjaan lain, Ia mencoba memanfaatkan ilmu memproduksi kerupuk yang didapatnya dari Pabrik Kerupuk Cicaheum, Bandung, untuk produksi sendiri. Tahun 1994, Ia memulai dengan peralatan manual seadanya. Meski tempatnya ngontrak, di Blok Cilame, Cirendang. Juhri bisa tersenyum, karena ketika itu sudah bisa memproduksi kerupuk 25 kg/hari. Awalnya, Ia jual ke pasar-pasar tradisional di Kuningan. Ketika itu, Ia tidak punya karyawan. Seluruh proses pengolahan hingga menjual ke pasar, betul-betul dilakukan sendiri, dibantu istri dan keponakan. Enaknya kerupuk Dua Sari milik Juhri dengan rasa khas, direspons baik masyarakat. Bisnisnya pun perlahan maju. Hingga banyak pabrik kerupuk baru, mendadak muncul di berbagai daerah di Kuningan. Jumlahnya tahun 1996 mencapai 55 pabrik. Persaingan kurang sehat, membuat mereka tidak bisa mengatur pasar dengan baik. Meski telah dicoba untuk kemajuan bersama melalui pembentukan Paguyuban Pabrik Kerupuk dengan Ketua terpilih, Juhri Mulyadi, tetapi egoisme banyak pabrik dalam hal ukuran, harga, upah kerja, masih terus terjadi. Akibatnya ketika bencana moneter tahun 1998, banyak pabrik tumbang memprihatinkan. Yang bertahan hingga kini hanya lima pabrik, termasuk Pabrik Kerupuk Dua Sari milik Juhri Mulyadi. Banyaknya permintaan kerupuk, membuat lokasi pabriknya direlokasi diri ke Dusun Manis, Desa Gerba ini tahun 1999. Juhri bahkan mulai mampu membeli enam mesin berteknologi. Sisa peralatan lain dibuat sendiri. Alhasil, produksinya mampu mencapai 1,5 ton/hari dengan keuntungan per tahun tembus sekitar Rp3 Miliar hingga Rp4 Miliar. “Sampai sekarang, sudah 25 tahun saya memproduksi kerupuk. Jangan lihat sampulnya sekarang ya. Lihat perjuangan ini luar biasa, lihat ke belakang dari proses merintis. Kuncinya yakin, ulet, berani terutama jujur,” ungkap Juhri Mulyadi, yang juga aktif di Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) ini kepada Radar, Selasa (28/1). (tat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: