Peternak Telor Protes Suplier BPNT
KUNINGAN- Para supplier Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dari pemerintah pusat untuk menanggulangi kemiskinan di Kabupaten Kuningan, diprotes banyak peternak ayam telor. Para supplier dianggap tidak peduli peternak lokal. “Jenis pangan PKH maupun BPNT kan banyak. Selain beras, ada telor. Tapi kami para pengusaha ayam petelor selalu dibuat iri. Sebab pengadaan telor para supplier, atau CV yang ditunjuk Dinas Sosial (Dinsos) untuk menyuplai sasaran PKH dan BPNT dibeli dari luar Kuningan,” ungkap Ketua Kelompok Peternak Ayam Mandiri Fospera Cijoho, Kuningan, Agus Febrian kepada Radar, Senin (27/4). Menurutnya, padahal di Kabupaten Kuningan juga banyak peternak ayam petelor. Kualitas telornya boleh diadu, sangat bagus. Meskipun kelompoknya terdiri dari para pemuda yang masih belajar, tetapi sangat laik diperhatikan oleh pemerintah daerah melalui dinsos. Tidak sedikit peternak ayam petelor, mengetahui PKH dan BPNT. Di mana di dalamnya ada kewajiban pengadaan pangan jenis telor. Tapi sejauh ini, nyaris tidak ada perusahaan atau CV sebagai supliernya menyentuh peternak ayam petelor lokal. “Terus terang, kami belum pernah disentuh. Belum ada CV pemenang PKH dan BPNT datang membeli telor-telor kami, peternak lokal,” keluh Agus lagi. Ia berharap, dinsos bisa mengarahkan CV pemenang pengadaan PKH dan BPNT untuk berbelanja telor ke peternak ayam petelor lokal. Apalagi sesuai aturan, CV pemenang harus orang-orang lokal. “Lebih arif, kalau sesama lokal memberdayakan potensi lokal,” tandas dia. Agus bersyukur, di tengah sulitnya ekonomi dampak coronavirus desease (Covid-19), justru peternakan ayam petelor telah menjadi salah satu andalan. Yang masih berjalan, berproduksi dan lancar pemasarannya hanya telor. Meskipun harga telor cenderung tidak stabil. Selalu terjadi turun naik harga. “Tapi alhamdulillah, masih bisa buat hidup kami di kelompok, meski situasi begini,” ujar aktivis GMNI ini. Diakui, Ia kebetulan punya kelompok mandiri. Semua anggota kelompok tengah belajar berdikari. Sebab menurut dia, bisnis ayam petelor cukup menjanjikan. Tinggal uluran tangan pemerintah daerah saja. Jangan sampai peternal lokal tergerus oleh pengusaha atau peternak luar kabupaten. Ia menyebut, kelompoknya baru mengelola peternakan ayam petelor di dua lokasi. Yaitu di Kelurahan Cijoho seluas 60 bata dan Desa Lengkong 30 bata dengan total 15.000 ekor ayam petelor. “Kami tidak hanya main di telor, tapi main juga di pullet atau ayam bahan petelor,” katanya. Kendala saat ini, belum ada kemudahan perizinan dari pemerintah daerah. Yang belum ada izin kandang, diminta Agus segera diberikan izin. Begitu izin kandang yang sudah kedaluarsa, untuk diperpanjang.(tat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: