Daging Ayam Mahal, Pedagang Pilih Tutup

Daging Ayam Mahal, Pedagang Pilih Tutup

KUNINGAN - Harga daging ayam terus meroket hingga mencapai Rp45.000 dari harga normal di kisaran Rp31.000 per kilogram. Kondisi ini membuat banyak pedagang daging ayam di pasar tradisional memilih tutup karena tak kuat modal untuk membeli dari bandar. Seperti terpantau di Pasar Kepuh Kuningan, dari sekitar 30 pedagang daging ayam yang biasa menggelar lapaknya sejak pagi hari kini hanya tersisa kurang dari 10 saja. Bahkan, beberapa pedagang yang memilih tetap berjualan pun hanya menyetok daging ayam separuh saja dari biasanya. \"Saya biasanya menyetok hingga 1 kuintal per hari, tapi sekarang hanya 50 kilogram saja. Modalnya sudah mahal, jadi tidak bisa nyetok banyak,\" ungkap Doni salah satu pedagang daging ayam di Pasar Kepuh kepada Radar, kemarin. Pedagang yang lain Uun mengatakan, sudah hampir sepekan ini kiriman daging ayam semakin berkurang. Hal ini pula yang menjadi penyebab harganya semakin tinggi sehingga banyak pedagang yang memilih tidak berjualan. \"Kiriman dari supplier sekarang sudah semakin berkurang dan harganya juga sudah mahal. Saya juga hanya sanggup beli 30 kilogram hari ini, padahal biasanya saya bisa nyetok hingga 60 kilogram,\" ungkap Uun. Tingginya harga daging ayam, kata Uun, praktis berdampak pada penjualan yang turun. Pasalnya, banyak pelanggannya yang batal berbelanja saat mengetahui harga daging ayam sangat mahal. \"Daging ayam saat normal di kisaran harga Rp31.000 per kilogram atau paling tinggi sekitar Rp35.000 per kilogram. Lebaran pun kemarin paling mahal Rp40.000, tapi sekarang sudah Rp45.000 per kilogram. Akibatnya pelanggan banyak yang batal belanja saat mengetahui harganya sudah segitu,\" ujarnya. Sementara itu, petugas pemantau harga di Pasar Kepuh dari Dinas Koperasi, UKM Perdagangan dan Perindustrian (Dinkoperdagin) Kabupaten Kuningan Arisman mengatakan, tingginya harga daging ayam menyebabkan hampir 75 persen pedagang memilih tutup. Disebutkan, di Pasar Kepuh sedikitnya terdapat 30 pedagang daging ayam yang setiap hari berjualan sejak dini hari hingga siang, namun sekarang tak lebih dari 10 lapak saja yang berjualan. \"Biasanya yang jualan daging ayam ada sekitar 30 lapak, buka sejak dini hari hingga siang. Tapi sekarang hanya 10 lapak juga sepertinya tidak, karena banyak pedagang yang tak sanggup beli dari bandar karena modalnya sangat mahal,\" ujar Arisman. Arisman mengatakan, pihaknya sudah mencari informasi terkait penyebab tingginya harga daging ayam ke beberapa bandar. Rupanya, kata Arisman, saat ini sebagian besar ayam di kandang peternak masih berusia sangat muda sehingga belum bisa dipanen. \"Karena banyak peternak yang panen ayam-ayamnya untuk persiapan Lebaran kemarin, sehingga sekarang rata-rata usia ayam di kandang masih di kisaran belasan hari. Sedangkan untuk bisa panen harus berusia 28 hingga 30 hari. Akibat kekosongan stok ini menyebabkan harganya jadi meroket seperti sekarang,\" ujar Arisman. Namun demikian, Arisman berharap kondisi ini bisa segera berakhir sehingga tidak menyusahkan masyarakat. \"Mungkin nanti ada pasokan daging ayam dari luar daerah sehingga stok di pasaran kembali normal dan harganya bisa lebih terjangkau masyarakat,\" ujar Arisman. (fik)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: