Tradisi Memandikan Kuda, Rutin Digelar Malam Jumat Kliwon di Surakatiga
Tradisi lama ternyata masih terpelihara hingga sekarang. Kendati zaman sudah berubah, namun masyarakat Kabupaten Kuningan terus memelihara budaya warisan leluhurnya. Seperti sedekah bumi, babarit, mandi kembang saat kehamilan memasuki tujuh bulan, serta tradisi lainnya. Termasuk tradisi memandikan kuda di sungai. Agus Panther, Kuningan Ratusan warga Kelurahan Winduhaji, Kecamatan Kuningan memadati Sungai Surakatiga. Mereka ingin menyaksikan langsung peristiwan langka yakni memandikan kuda. Tradisi memandikan kuda ini secara turun temurun berlangsung di Sungai Surakatiga, Blok Cikedung, Kelurahan Winduhaji, Tradisi ini masih terpelihara dengan baik. Hal itu terlihat ketika puluhan ekor kuda dibawa para pemiliknya untuk dimandikan di sungai yang terkenal sering digunakan untuk arung jeram tersebut. Konon tradisi memandikan kuda di Sungai Surakatiga ini telah ada sejak ratusan tahun lalu. Biasanya, prosesi memandikan kuda hanya dilakukan pada Kamis malam Jumat Kliwon sejak sore hingga dini hari. Lokasi pemandian kuda yang dikenal dengan sebutan Cikedung itu merupakan tempat keramat pemandian kuda si Winduhaji. Tepatnya berada di lekukan saluran Sungai Surakatiga, yang hingga kini dikeramatkan atau dilestarikan untuk memandikan kuda oleh warga Kuningan. Menurut cerita warga setempat, lokasi pemandian kuda itu sudah dikenal sejak kuda si Winduhaji yang dipelihara Buyut Windu selalu dimandikan di tempat tersebut. Kuda si Winduhaji diurus atau dipelihara oleh Buyut Windu, kemudian sebagai tempat pemandian kuda di Cikedung Sungai Surakatiga. Salah seorang sesepuh setempat, Abah Jamad (93) menuturkan, tradisi memandikan kuda dilakukan sejak sore hingga dini hari setiap malam Jumat Kliwon. Setiap kuda dimandikan secara bergiliran, sehingga puluhan ekor kuda dari berbagai tempat harus rela mengantre. “Misalnya saja kuda-kuda dari wilayah Cijoho dimandikan saat sore hari. Kemudian saat malam jam 9 sampai jam 3 dini hari, giliran kuda-kuda dari daerah Awirarangan, Purwawinangun dan Cigembang,” paparnya. Warga lain, Maman (65) mengatakan, memang setiap Kamis malam Jumat Kliwon kerap ramai orang memandikan kuda di lokasi Cikedung Sungai Surakatiga. Bahkan prosesi memandikan kuda menjadi tontonan gratis bagi warga setempat. “Kalau cuacanya cerah bisa banyak sampai lima puluhan ekor kuda dimandikan. Katanya sih agar kuda-kuda tersebut memiliki kesehatan dan kekuatan, juga untuk keberkahan jika dipakai berusaha oleh pemiliknya,” ujarnya. Saat proses memandikan kuda, ada pemandangan menarik ketika para pemilik kuda telah berada di air. Saat kaki kuda menyentuh air sungai, kuda-kuda itu seperti senang berjumpa dengan air. Ketika pemiliknya membersihkan badan kuda itu, kaki depan kuda mengais-ais air seolah mencari sesuatu di dalam dasar sungai. Hampir semua kuda bertingkah sama saat dimandikan. Adanya tradisi ini, warga setempat merasa bangga memiliki tempat bersejarah di sekitar mereka. Bagi warga, Cikedung merupakan tempat yang harus dilestarikan. Selain sebagai tempat bersejarah berdirinya Kelurahan Winduhaji, Sungai Surakatiga merupakan sumber air bagi lahan pertanian warga Winduhaji dan daerah lain yang dilalui sungai itu. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: