Ortu Penentu Proses Belajar Anak di Masa Covid-19

Ortu Penentu Proses Belajar Anak di Masa Covid-19

KUNINGAN - Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di masa Covid-19 ini memengaruhi proses pendidikan secara umum. Sebagian besar proses pendidikan dan pembelajaran kembali ke madrasatu ‘ula (sekolah utama) anak, yakni di keluarga mereka sendiri. Dalam hal ini, peran orang tua (ortu) menjadi hal yang paling menentukan proses pendidikan anak. Tentunya bekerja sama dengan lembaga pendidikan formal maupun nonformal, yang kesemuanya itu harus saling mendukung dan berkomitmen. Orang tua harus mendisiplinkan anak dengan menjadwalkan kegiatan hariannya, sehingga mereka harus meluangkan waktu khusus untuk anak, tanpa melakukan kegiatan apapun. Ini juga biasa disebut quality time dengan buah hatinya. Hal tersebut diungkapkan dr Deasy Nurisya SpA dalam kegiatan Webinar Inspirasi Dari Hati Keempat yang bertemakan Adaptasi Kebiasaan Baru di Masa Covid-19. Webinar ini dihelat oleh Kuningan Knowledge and Innovation Center (KKIC) atau Pusat Inovasi dan Pengetahuan Kuningan melalui media daring, Minggu (26/7). Webinar ini juga turut menghadirkan sejumlah pembicara, yakni Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Kuningan Tety Soepriati, Owner Express English Course Indra Firdaus, serta seorang Penyanyi dan Seni Pantomim Cilik Ayasha Davierra. Sementara itu, moderator dipandu oleh Della Calabria Italia dan Halimatusa’diyah Purnama Putri. Menurut Deasy, semua pihak khususnya para orang tua harus memerhatikan kebutuhan dasar anak, yakni asah, asih, dan asuh. Asah adalah kebutuhan biologis khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhan gizi yang baik, di mana anak adalah individu sendiri yang bertumbuh dan berkembang. Asih merupakan kasih sayang dan emosional agar terbentuk ikatan yang baik antara anak dan orang tua. Asuh mengasuh perkembangan anak agar menjadi optimal di setiap pertumbuhan usianya. Deasy juga menyoroti bagaimana siasat orang tua di masa pandemi Covid-19. Di antaranya mendisiplinkan anak, menjadwalkan waktu khusus anak, beraktivitas bersama anak sesuai jenjang usianya, membangun kegiatan kebersamaan dan juga menularkan kegembiraan kepada anak di masa pandemi ini, agar selalu mengambil sisi positifnya. “Bagaimanapun anak-anak adalah masa depan bangsa, tumbuh dan kembangnya ini tergantung pola asuh yang diterapkan orang tuanya,” ungkapnya. Pembicara berikutnya disampaikan Tety Soepritati. Menurutnya, selama mengelola SLB, cukup banyak yang berhasil mendidik anak-anak spesial ini ketika penanganannya dilakukan secara tepat. Dengan penanganan tepat ini, banyak anak spesial ini menjadi dapat membaca, menulis, dan berinteraksi sosial dengan baik secara perlahan. “Kami pun tetap mengikuti arahan pemerintah untuk mematuhi protokol Covid-19, di mana melakukan pembelajaran dengan media daring atau home visit, walaupun dengan berbagai kendala yang ada seperti sinyal dan jarak. Kami pun bekerja sama dengan para orang tua agar anak-anak masa depan bangsa ini, juga mendapatkan hak yang sepenuhnya dapat mereka miliki. Kami yakin mereka memiiki kelebihan masing-masing,” ucapnya. Tety juga mengharapkan pandemi Covid-19 ini segera berlalu dan dapat beraktifitas seperti biasa kembali. Karena anak-anak merasa sangat gembira saat datang sekolah. Bahkan kata dia, saat ini juga ada anak yang tetap pergi ke sekolah, dan pihaknya tetap menerima dan melayani mereka. “Kami berharap anak-anak memorinya tidak kembali lagi seperti baru pertama masuk ke SLB, saat nanti sudah selesai pandemi,” harap Tety. Sementara itu, dalam kegiatan kursus Bahasa Inggris, di Kuningan juga beradaptasi sesuai keadaan. Hal itu sebagaimana disampaikan Indra. Menurutnya, sejak awal pihaknya sudah beradaptasi dengan berbagai keadaan yang ada. “Walaupun beberapa hal mengalami kendala, namun dengan beriringnya waktu mengalir saja, kami dapat melewatinya,” ujar Indra. Menurutnya, dunia anak merupakan dunia bermain dan kegembiraan, sehingga mengajar Bahasa Inggris berhadapan dengan bagaimana caranya agar anak itu suka dengan Bahasa Inggris. Entah itu dilakukan dengan tebak-tebakan, lagu, musik, permainan dan sebagainya, yang selanjutnya ditunjang dengan kebiasaan untuk memberanikan diri, agar terbiasa berbicara Bahasa Inggris. Sejalan dengan peran orang tua terhadap buah hatinya, hal itu juga dirasakan oleh Ayasha Davviera, di mana hobinya dalam berkesenian didukung juga oleh ayah dan ibu, kakak, nenek, dan kerabat-kerabat dekatnya. “Awalnya aku belajar dari abang agar bisa pantomim, dan ternyata aku menyukainya hingga sekarang. Bunda, ayah, oma, saudara-saudara juga sangat support. Selain pantomin, aku juga suka teater, nyanyi dan nari juga suka,” beber seniman cilik yang bercita-cita menjadi dokter itu. Terakhir, Founder KKIC, Ade Kadarisman juga menyampaikan amanatnya. Menurut Ade, memberikan perhatian kepada anak menjadi sebuah hal yang penting. Itu karena generasi ke depan harus lebih baik daripada generasi saat ini. “Mudah-mudahan kegiatan webinar ini dapat memberikan manfaat dan hikmah untuk kita semua,” harap Ade diamini tim KKIC, Teguh Jati Purnama. (muh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: