Sambut 17 Agustus, Kuota Pendakian Ciremai Penuh
KUNINGAN – Momentum HUT RI ke-75 pada 17 Agustus, rupanya dimanfaatkan para pencinta alam untuk mendaki Gunung Ciremai. Pasalnya, kuota pendakian di tanggal 15-16 Agustus sudah full booking atau penuh. Sejak dibuka pada 8 Agustus lalu, jumlah pendakian di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) khususnya jalur Kabupaten Kuningan masih terlihat sepi. Aktivitas pendaki di beberapa jalur pendakian cenderung lengang, misalnya di Pos Jalur Linggasana dan Pos Jalur Linggarjati Kabupaten Kuningan. Namun siapa sangka, rupanya antusias pendaki Gunung Ciremai lebih memilih hari pendakian di momentum kemerdekaan. Demi mengejar upacara HUT RI ke-75 di Puncak Gunung Ciremai pada 17 Agustus, kuota pendakian dari semua jalur yang ada sudah penuh. Kasubag TU Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) Kuningan Didik Sujianto melalui Humas BTNGC Kuningan Agus Yudantara menuturkan, jalur pendakian telah dibuka pada 8 Agustus lalu khusus untuk wilayah Kabupaten Kuningan. Terdapat tiga jalur pendakian yakni melalui Pos Linggasana, Pos Linggarjati dan Pos Palutungan. “Tapi untuk jalur pendakian Apuy di Majalengka masih ditutup hingga 18 Agustus mendatang,” ujarnya dalam keterangan persnya, Selasa (11/8). Dia merinci, kuota harian jalur pendakian Linggarjati tersedia 35 tenda di Transit Camp (TC) untuk 69 pendaki. Kemudian jalur Linggasana tersedia 33 tenda di TC untuk 65 pendaki, terakhir jalur Palutungan tersedia 75 tenda di TC untuk 149 pendaki. “Nah untuk tanggal 15 dan 16 Agustus 2020, kuota harian sudah full booking. Jumlah total selama dua hari itu mencapai 286 tenda di Transit Camp untuk 566 pendaki. Ya, itu kouta 30 persen,” jelasnya. Agus Yudantara mengajak agar para pendaki mematuhi semua prosedur pendakian dan protokol kesehatan yang telah ditetapkan. “Dalam pendakian dua hari semalam, semua wajib patuh pada prosedur, termasuk menunjukkan surat keterangan bebas Covid-19 bagi pendaki dari luar Kuningan, Majalengka, Cirebon, dan Indramayu,” ajak dia. Selain dua paket ketentuan tadi, lanjut Agus, para pendaki juga mesti turut mencegah bencana kebakaran hutan. “Harap bereskan dengan tertib alat masak setelah digunakan. Jangan sampai api tak terkendali, sehingga menimbulkan bencana,” pintanya. Tak jauh berbeda disampaikan Barna, Ketua Ranger Pos Pendakian Jalur Linggarjati. Pihaknya bersama tim berkomitmen agar protokol kesehatan betul-betul diterapkan pada setiap pendaki. “Kita selalu ingatkan para pendaki untuk mematuhi protokol kesehatan. Masker harus membawa minimal 3 buah, kita juga menyediakan tempat cuci tangan, hand sanitizer dan saat registrasi pendakian harus antre dengan jaga jarak,” tandasnya. Tak hanya itu, pihaknya juga terus melakukan patroli guna pencegahan terjadinya kebakaran di kawasan Ciremai. Bahkan telah membuat sekat bakar di beberapa titik, sebagai upaya antisipasi jika terjadi karhutla. “Kita bersama teman-teman juga rutin melakukan patrol, bikin sekat bakar dan upaya yang lain. Kita berharap tahun ini tidak seperti tahun kemarin (terjadi karhutla Ciremai, red), kita tahun kemarin capek, sehari itu dua sampai tiga kali naik ke atas. Teman-teman di Gunung Ciremai sampai 3 hari, 4 hari bahkan seminggu berada di atas. Sekarang saya benar-benar ingin menjaga itu tidak terulang, sedih kalau diceritakan,” bebernya. Oleh sebab itu, pihaknya bersama tim selalu siaga dan berupaya agar karhutla di kawasan Ciremai tidak kembali terulang. Pengawasan terhadap pendaki diperketat, agar menghindari potensi terjadinya kebakaran hutan. (ags)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: