Ada 3 Versi Arti Sampora, Desa Terluar di Kabupaten Kuningan Ini Masih Terkait dengan Keraton Kanoman
Beberapa versi arti nama Desa Sampora Kabupaten Kuningan. -Yuli Yulianingsih/ist-radarkuningan.com
RADARKUNINGAN.COM - Bagi yang sering melintasi jalan raya Cirebon-Kuningan, tak asing lagi dengan nama Sampora. Desa terluar di Kabupaten Kuningan ini, berbatasan langsung dengan Kabupaten Cirebon.
Setidaknya ada 3 versi tentang arti dan asal-usul Sampora. Desa ini ternyata juga masih ada kaitannya dengan Keraton Kanoman Cirebon.
Sampora, secara adminitrasi merupakan salah satu desa masuk ke dalam wilayah Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan. Desa ini di sebelah utara berbatasan dengan Desa Silebu dan Desa Halimpu Kabupaten Cirebon.
Di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Caracas. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kaliaren. Sementara di sebelah timur berbatasan dengan Desa Wanayasa Kabupaten Cirebon.
BACA JUGA:Mitos Desa Pamulihan, Jika Tak Ingin Cepat Lengser, Pejabat Jangan Coba-coba Lewat Sungai Cisubang
Jika dilihat dari luas wilayah seluruhnya adalah 211,210 hektar atau 2,1 km persegi. Desa ini berada pada ketinggian 500 meter di atas permukaan laut.
Desa Sampora dibagi menjadi 5 Dusun. Yakni, Dusun Manis, Dusun Pahing, Dusun Pon, Dusun Wage dan Dusun Kliwon.
Dalam sejarah Desa Sampora disebutkan, desa ini merupakan desa terluar yang berbatasan langsung dengan daerah lain di utara. Desa ini berada di jalur perlintasan antara pusat Kuningan dan Cirebon.
Karena lokasinya itu, makan kemungkinan sejarah desa tersebut sudah lama berjalan. Hanya saja tidak ada dokemen yang bisa memastikan awal mula desa ini terbentuk.
BACA JUGA:Nama Desa Ini Bermula dari Cinta yang Ditolak, Juga jadi Saksi Lahirnya Penguasa Kabupaten Kuningan
Walaupun belum bisa dipastikan asal-usulnya, namun banyak yang mengartikan nama desa ini. Setidaknya ada 3 versi mengenai asal muasal kata Sampora, yakni:
1. Versi pertama, mengatakan bahwa Sampora berasal dari kata “Lembur Sampeuran.” Sampeur diartikan banyak penduduk pendatang yang betah dan bermukim menetap dan berkeluarga di Desa Sampora.
2. Versi lainnya mengaitkan Sampora dengan sejenis tumbuhan merambat, yaitu “sampeu ngora”. Hal ini sehubungan dengan keadaan pada waktu penjajahan Jepang terjadi kelaparan.
Maka, di wilayah desa yang luas tegalan itu, banyak ditemukan ketela pohon atau Cukul Sampeu. Ketela pohon ini masih ngora atau muda. Lalu oleh masyarakat dijadikan bahan makanan pengganti nasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: