5 Kampung Sunda Kuno di Indramayu, Berada di 2 Kecamatan Berjauhan, Diapit Masyarakat Jawa Dermayon

5 Kampung Sunda Kuno di Indramayu, Berada di 2 Kecamatan Berjauhan, Diapit Masyarakat Jawa Dermayon

Tradisi Ngarot di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu yang merupakan Kampung Sunda kuno. -Pemcam Lelea-radarkuningan.com

RADARKUNINGAN.COM - Ada 5 desa di Kabupaten Indramayu yang masih setia mempertahankan bahasa Sunda. desa-desa ini sering disebut sebagai Kampung Sunda Kuno.

Ke-5 Kampung Sunda Kuno ini berada di 2 kecamatan yang berbeda. Jarak antara 2 Kecamatan inipun berjauhan alias tidak berdekatan.

Ke-5 desa yang disebut sebagai Kampung Sunda Kuno ini, 2 di Kecamatan Lelea, yakni Desa Lelea dan Tamansari. Sementara 3 desa berada di Kecamatan Kandanghaur, yakni Desa Parean Girang, Ilir dan Bulak.

Desa-desa yang setia menggunakan bahasa Sunda Kuno ini, lokasinya dikelilingi oleh masyarakat desa lain yang berbahasa Jawa dialek Indramayu. Atau sering disebut Jawa Dermayon.

BACA JUGA:6 Jenis dan Karakter Kucing Terpopuler untuk Dipelihara, Ternyata Memiliki Jiwa Penuh Kasih Sayang dan Penurut

Karena letaknya yang seperti itu, masyarakat yang tinggal 5 Kampung Sunda Kuno di Indramyu ini, sering menggunkan bahasa campuran. Yakni Sunda dan Jawa Dermayon.

Seperti diketahui, sebagian besar daerah di Jawa Barat selama ini menggunakan bahasa Sunda dalam keseharian mereka. Namun, adapula daerah yang tidak menggunakan bahasa Sunda dalam penuturan keseharian mereka. 

Salah satunya adalah masyarakat yang tinggal di Kabupaten Indramayu. Mayoritas masyarakatnya  menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa daerahnya. Hanya sedikit masyarakat yang bertutur dengan bahasa Sunda.

Dari 317 desa di Kabupaten Indramayu, hanya ada 5 desa yang keseharian masyarakatnya menggunakan bahasa Sunda Kuno.

BACA JUGA:5 Jenis Kucing Peliharaan yang Populer Menjadi Dambaan untuk Dipelihara dan Memiliki Karakter Penurut

Seperti yang telah disebutkan, ke-5 desa itu adalah Desa Lelea dan Tamansari, Kecamatan Lelea. Kemudian Desa Parean Girang, Ilir dan Bulak di Kecamatan Kandanghaur. 

Pengaruh bahasa tersebut tidak terlepas dari keberadaan Sungai Cimanuk, yang melintasi Kabupaten Indramayu. 

Di masa lalu, sungai Cimanuk menjadi pembatas antara Kerajaan Sunda (Pajajaran) dan Kerajaan Jawa (Majapahit). Hal itu didasarkan pada catatan Tom Pires, seorang pengelana dari Portugis, pada 1513.

Dominasi bahasa Jawa di tengah masyarakat Indramayu saat ini dipengaruhi oleh pergerakan orang-orang Jawa di masa lalu yang lebih masif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: