DPUTR Sudah Survei Kerusakan Jembatan Smar, 1 Tiang Penyangga Perlu Dibuang
DPUTR Kuningan sudah melakukan survei awal rencana perbaikan Jembatan Smar di Desa Wilanagara, Kecataman Luragung, Kabupaten Kuningan.-Andre Mahardika-radarkuningan.com
RADARKUNINGAN.COM - Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kabupaten Kuningan, melalui Kepala Bidang Bina Marga, Teddy Sukmajayadi merespons kerusakan Jembatan Smar yang rusak parah akibat diterjang arus Sungai Cisanggarung.
Ditemui di ruang kerjanya, pihaknya telah melakukan survei daripada kondisi jembatan yang menjadi akses vital petani, di Desa Wilanagara, Kecamatan Luragung, untuk menggarap 52 hektare sawah.
Akses jembatan tersebut, sangat penting bagi petani karena menjadi satu-satunya akses menuju lahan pertanian.
Teddy menjelaskan, Jembatan Smar memang merupakan aset desa setempat. Namun, pihaknya telah mendapat arahan dari pemerintah daerah, khususnya Pj Bupati Kuningan, R Iip Hidajat untuk mengkaji kerusakan jembatan.
BACA JUGA:Kasus Rudapaksa Gadis di Bawah Umur di Kuningan, Pelaku Mengaku Sempat Minum Miras dengan Korban
"Kewenangan utama memang di aset yang tercatat jalan kabupaten. Tapi boleh memperbaiki aset strategis," kata Tedy, kepada radarkuningan.com, Kamis, 7 Juni 2024.
Pihaknya telah mengkaji kondisi jembatan seperti apa, serta merumuskan apa yang bisa dilaksanakan, untuk selanjutnya muncul arahan terkait potensi pembiayaan.
"Untuk penanganan pemda, kadis dan Pj Bupati sudah memberi arahan ke kita untuk memitigasi kondisi jembatan ini. Tim kita juga sudah survei, masih dalam tahap perencanaan, nantinya nota dinasnya akan disampaikan ke atas," jelasnya.
Teddy menyebut, terkait kemungkinan perbaikan nanti, tentunya tergantung dari respons pembiayaan yang diajukan.
"Pilar pilar tengah, ada 1 titik yang kita buang. Pola penanganan besi jembatan akan disambung. Itupun tergantung respons pembiayaannya," tambahnya.
Dikatakannya, sambil menunggu sementara waktu, Pemerintah Desa Wilanagara Kecamatan Luragung, gotong royong membangun jembatan darurat dari bambu.
Hal itu dikarenakan, tingginya mobilitas petani yang membuat jembatan diperlukan.
"Kesepakatan sementara, karena pengguna cukup tinggi, pa kuwu mau bikin jembatan darurat dengan bambu," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: