Hari Pahlawan, Ketua LSM Frontal Kuningan: Pondasi Membangun Peradaban Berkeadilan
Ketua LSM Frontal Kuningan Uha Juhana menyampaikan refleksi Hari Pahlawan 2025.--
KUNINGAN, RADARKUNINGAN.COM — Dalam momentum Hari Pahlawan 10 November 2025, Ketua LSM Frontal Kuningan, Uha Juhana, menyampaikan pesan reflektif mengenai pentingnya menumbuhkan kesadaran etis dan moral kolektif sebagai fondasi utama dalam membangun peradaban bangsa.
Menurut Uha, makna mendalam dari Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menjadi sumber nilai fundamental yang seharusnya tidak hanya dihafal, tetapi juga dihidupi dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam paparannya, Uha menjelaskan bahwa empat alinea Pembukaan UUD 1945 mencerminkan visi luhur bangsa Indonesia.
Alinea pertama, menegaskan bahwa kemerdekaan adalah hak semua bangsa, sementara penjajahan harus dihapus karena bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
BACA JUGA:Pulang Kondangan, Bupati Kuningan Hentikan Galian Ilegal di Desa Sangkanmulya
BACA JUGA:Catatkan Sejarah Plus Win Strak! Kevin Diks Jadi Pemain Indonesia Pertama Cetak Gol di Bundesliga!
Alinea kedua, menggambarkan cita-cita bangsa untuk membentuk negara merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Alinea ketiga, menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa dan hasil perjuangan seluruh rakyat.
Alinea keempat, menguraikan tujuan pembentukan pemerintahan Republik Indonesia, yakni untuk melindungi segenap bangsa, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan berpartisipasi dalam ketertiban dunia, dengan Pancasila sebagai dasar negara.
“Pembukaan konstitusi ini adalah cermin idealisme bangsa. Menatap masa depan tidak cukup dari menara gading, tapi harus dari nurani dan kesadaran peradaban itu sendiri,” tutur Uha.
Lebih lanjut, Uha menekankan bahwa kemajuan bangsa bukan hanya diukur dari angka atau grafik ekonomi, melainkan dari kualitas moral dan empati sosial masyarakatnya.
BACA JUGA:Berkat Persib, Klasemen Kompetisi AFC Indonesia Masuk 10 Besar, Ungguli Hong Kong
“Memori kolektif kita mengingatkan bahwa kemajuan selalu memiliki harga. Bukan sekadar dalam bentuk materi, tetapi dalam moralitas, empati, dan arah jiwa bangsa. Krisis terbesar manusia hari ini bukan ekonomi, tapi krisis etika,” ujarnya tegas.
Ia menambahkan, kemakmuran sejati tidak lahir dari keserakahan, melainkan dari kesadaran bersama untuk membangun peradaban yang adil dan beradab.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
