Dua Tahun Heman Ka Budak, Kiprah Dodon Sugiharto Tampilkan Aneka Budaya

Selasa 18-02-2020,14:19 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

Potensi seni budaya banyak. Semangat dan dukungan juga banyak. Yang langka, adalah pemersatu dan penggerak. Ialah Dodon Sugiharto. Sosok birokrat satu ini, menjelma seperti bukan sebagai sosok abdi negara karena jabatannya sebagai sekretaris Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar). Sosoknya justru lebih melekat sebagai pengabdi seni budaya. Dua tahun menampilkan seni jalanan, Ia sukses menjadikan Program Heman Ka Budak menjadi primadona. TATANG ASHARI-Kuningan Siapa tidak tahu program Heman Ka Budak dalam Car Free Day (CFD). Orang menyebutnya “acara HKB”. Tidak pernah absennya panggung budaya jalanan dengan motor Dodon Sugiharto selama hampir dua tahun, membuat HKB dikenal, bahkan menjadi primadona CFD. Terpusat di Jalan Siliwangi, tepatnya di perempat Jalan Siliwangi, ribuan warga sudah pasti tumplek membuat lingkaran. Mereka menikmati suguhan kekayaan seni budaya daerah, yang aduhai, mengagumkan, lagi membanggakan. Seperti reog, calung, tayuban, sintren, burok, tari saman, karinding dan masih banyak lagi. Meski berpanggung aspal, tidak mengurangi nilai seni dan kualitas pertunjukan. Justru terasa lebih menyatukan pelaku seni dan masyarakat penikmat. Hingga otomatis lahir, dan terkumpulah masyarakat seni. Apalagi seni budaya tertampil di setiap CFD, berbeda. Variatif. Yang sulit dilupakan, adalah momen Paseban Tripanca Tunggal tampil dengan kekuatan penuh melalui tari buyung dan angklung buncis. “Saya sampai nangis. Senang saja, aura HKB bisa menghadirkan Paseban. Saya coba dua kali untuk tampil di acara pemda sulit. Ini tanpa bayaran, event rakyat tapi mau hadir,” ungkap Dodon Sugiharto kepada Radar, Senin (17/2). Konsistensi Dodon Sugiharto dalam HKB disebutnya sebagai Wangsit Siliwangi. Semula Ia dikabari oleh Kang Aden Lokananta, bahwa sanggarnya setiap hari Minggu menggelar aktivitas di jalan. Katanya sih, lagi mencari ibu, bapak angkat. Seiring obsesinya ingin mengisi kegiatan CFD dengan event budaya yang menampilkan potensi siswa dari seluruh satuan pendidikan di Kabupaten Kuningan, mulai kelompok bermain, PAUD, TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK, PT dan sanggar-sanggar seni untuk berkegiatan di tengah masyarakat, nengoklah Ia ke sana. Pria berusia 55 tahun ini berpikir untuk sekolah, sanggar atau apa pun tampil di event CFD, hitung-hitung pindah latihan atau geladi bersih. Memang ada biaya yang mesti dianggar, tetapi bagi yang betul-betul mencintai seni, biaya kadang bukan masalah. Ia bersyukur konsepnya bersambut karena Ia bersama Kang Deden sudah sejak lama berkecimpung di dunia seni. Pernah bahu membahu membina grup seni. Ia punya grup \"Pudja Gita Suara\", Kang Deden punya grup \"Bhatara\". Setelah coba dilaksanakan, konsep Dodon ternyata berterima. Ini terbukti tingginya respons dari para siswa, guru, kepala sekolah yang mau berpartisipasi. Begitu pimpinan sanggar, kepala kantor, PDAM dan bank bjb kerap hadir dengan door prize. Ke depan Ia menarget bukan hanya sekolah dan sanggar saja yang bisa berpartipasi di event ini. Setiap dinas, jawatan, kantor dan lain-lain kalau memang mempunyai grup kesenian di kantornya, silakan tampil di event ini. Sebab tidak menutup kemungkinan, banyak para pemimpin kantor mau menikmati seni, kemudian membentuk kelompok seni untuk menyalurkan bakat para staf.  Giat ini pun bagus untuk refreshing, sekaligus mengikat spirit de corp pegawai terhadap instansinya. “Konsep saya sederhana saja. Potensi banyak, semangat dan dukungan banyak. Tinggal memulai, konsisten aja,” ujar Dodon Sugiharto. Menurut dia, banyak manfaat yang bisa diambilnya dari HKB. Uji nyali, uji kesabaran dan tahu karakter orang-orang di sekitar. “Yang pasti, pelestarian seni budaya dan nilai-nilai mulia yang terkandung di dalamnya bukan hanya tugas saya. Ini tugas kita semua,” tegas Penasihat Persatuan Artis Musisi Melayu Indonesia (PAMMI) ini. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait