Di balik kekurangan, pasti ada kelebihan. Pepatah ini dibuktikan oleh seorang pemuda berkebutuhan khusus asal Kelurahan Purwawinangun, Kecamatan Kuningan, Dheva Anrimusti, yang berhasil mencatatkan diri sebagai ranking satu dunia parabadminton. M Taufik, KUNINGAN Prestasi membanggakan tersebut diraih Dheva pada tahun 2019. Ini diraih Dheva setelah berhasil meraih sejumlah kejuaraan badminton tidak hanya di tingkat nasional namun juga dunia. Bahkan, kini Dheva pun tengah bersiap untuk mewakili Indonesia mengikuti event dunia Paralympic atau Olimpiade untuk penyandang disabilitas di Tokyo, Jepang, tahun 2021 mendatang. \"Seharusnya tahun ini ikut ASEAN Paragames di Filipina, namun karena ada pandemi Covid-19 jadi dibatalkan. Sekarang saya sedang fokus latihan di kampung halaman untuk persiapan Paralympic di Tokyo tahun depan,\" tutur Dheva kepada Radar saat latihan di GOR miliknya akhir pekan lalu. Dheva menuturkan lika liku perjalanannya menjadi atlet badminton yang telah mengharumkan bangsa terutama tanah kelahirannya Kabupaten Kuningan. Berawal dari sekadar mengikuti hobi ayahnya bermain bulu tangkis saat masih berusia 8 tahun. Berlanjut masuk klub bulu tangkis Chanda Wijaya Internasional Badminton Center di Jakarta. Hingga akhirnya mimpinya sempat hancur setelah mengalami kecelakaan saat masih duduk di bangkus SMP kelas 3. \"Awalnya hanya dilatih ayah di rumah, kemudian saya dimasukkan klub bulu tangkis di Kuningan sampai lulus SD. Saat itu ayah mungkin melihat minat saya terhadap bulu tangkis cukup tinggi, kemudian memasukkan saya ke klub bulu tangkis asuhan Chanda Winata di Jakarta sambil melanjutkan SMP,\" ungkap Dheva. Putra sulung pasangan Aan Suparman dan Rita Rusliani tersebut, mendapat takdir buruk. Saat musim liburan sekolah kelas 3 SMP, Dheva mengalami kecelakaan motor yang menyebabkan tangan kanannya tidak berfungsi normal seperti sedia kala. Dheva pun sempat mengalami keterpurukan mental atas kecacatan yang dialaminya hingga beberapa bulan lamanya. Namun berkat motivasi dan dukungan kuat orang tua, membuat Dheva akhirnya bangkit dan bersedia kembali berlatih bulu tangkis di Bandung. \"Tangan saya tidak bisa lurus dan kalau ditekuk tidak bisa maksimal seperti orang normal. Saya sempat down dan tidak mau latihan lagi. Kemudian orang tua saya terus memberi motivasi, akhirnya saya mau berlatih lagi dan ikut klub SGS PLN Bandung,\" ujarnya. Baru tiga bulan latihan di SGS PLN Bandung, lanjut Dheva, ternyata dia didatangi pengurus National Paralympic Committee of Indonesia (NPCI) Jawa Barat menawarkan untuk ikut Pelatda. Kesempatan ini pun tak disia-siakan Dheva yang langsung menerima tawaran tersebut dengan penuh suka cita. \"Sempat saya meminta pendapat kepada ayah tentang tawaran tersebut, tapi ayah menyerahkan jawabannya dikembalikan kepada saya. Setelah saya pikir masak-masak, akhirnya saya berbulat tekad menerima tawaran tersebut,\" ungkap alumni SMKN 1 Pertanian Kuningan tersebut. Rupanya, kata Dheva, keterbatasan gerak dan fungsi pada tangannya akibat kecelakaan tersebut masuk dalam kategori kecacatan sehingga bisa diikutsertakan dalam kontingen NPCI Jawa Barat. Dheva pun digembleng lebih keras untuk persiapan mewakili Jawa Barat mengikuti Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) tahun 2016. \"Alhamdulillah saya berhasil meraih tiga medali emas pada Peparnas 2016. Dari sana kemudian saya direkrut ikut Pelatnas di NPCI Pusat di Solo untuk persiapan ikut ASEAN Paragames 2017 di Malaysa,\" ujarnya. Di Pelatnas, Dheva pun berlatih dengan gigih. Terbukti di ASEAN Paragames Malaysia, Dheva menyumbangkan satu medali emas dan satu perunggu untuk Indonesia. Prestasi ini pun membawa Dheva mengikuti Asian Paragames di Jakarta tahun 2018, dan berhasil menyumbangkan tiga medali emas. \"Selanjutnya saya mengikuti kejuaraan bulu tangkis tingkat dunia untuk meraih point ranking. Mulai dari Swiss World Champions, Irlandia Open, Turki Open dan Dubai Open, alhamdulillah saya selalu menjadi juara. Sampai sekarang saya masih meraih point tertinggi sehingga menjadikan saya ranking 1 dunia Parabadminton,\" ujar Dheva. Kini, Dheva tengah menyiapkan diri untuk mengikuti olimpiade penyandang cacat dunia atau Parlympic di Tokyo Jepang tahun depan. Di GOR miliknya yang diberi nama Anrimusthi Badminton Center, Dheva pun berlatih keras dengan bimbingan pelatihnya. \"Ini memang cita-cita saya sejak dulu, ingin membangun GOR Badminton. Selain bisa untuk saya berlatih, juga sebagai sumbangsih saya untuk Kabupaten Kuningan. Semoga akan muncul bibit-bibit baru yang akan mengharumkan bangsa dan negar, juga tanah kelahiran Kabupaten Kuningan,\" pungkasnya. (*)
Bangkit dari Takdir Buruk, Jadi Atlet Kelas Dunia Hingga Miliki GOR Badminton
Selasa 16-06-2020,11:30 WIB
Editor : Leni Indarti Hasyim
Kategori :