Iud menyebutkan, mobilitas warga juga ikut berperan dalam menularan penyakit DBD tahun ini, di banding tahun kemarin, warganya banyak berdiam diri di rumah, tingkat penyebaran juga rendah
BACA JUGA:Tekan Jerat 'Bank Keliling', Kantor Kas Kutawaringin Dibuka
"Tak sedikit ditemukan kasus seseorang terjangkit DBD, yang setelah ditelusuri ternyata dia telah melakukan perjalanan dari luar daerah," ungkap Iud.
Dengan meningkatnya kasus DBD, pihaknya telah melakukan banyak upaya pencegahan salah satunya melakukan fogging atau pengasapan daerah yang dinyatakan positif ditemukan kasus DBD.
Selain itu, mengaktifkan kembali petugas Jumantik atau Juru Pemantau Jentik di setiap rumah.
Namun menurut Iud, kegiatan fogging bukan solusi utama pemberatasan DBD karena hanya membunuh nyamuk dewasa saja.
BACA JUGA:Sebanyak 261 Koperasi di Kuningan Tidak Aktif
Yang paling penting menurutnya, adalah kesadaran masyarakat melaksanakan pola hidup bersih dan jangan sampai ada sarang nyamuk di lingkungan sekitar tempat tinggal.
Dirinya telah menginstruksikan kepada seluruh Puskesmas untuk melakukan sosialisasi pencegahan di lingkungan kerjanya masing-masing.
Termasuk mengajak seluruh perangkat desa agar bisa menggerakkan warganya melakukan gerakan bersih-bersih, memberantas sarang nyamuk hingga menerapkan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J).
"Setiap rumah harus punya satu anggota keluarga yang bertugas memantau keberadaan sarang nyamuk aedes aegypti yang disebut Jumantik alias Juru Pemantau Jentik," sarannya.
BACA JUGA:Direktur Perumda AU Kuningan Periode 2022-2027, Resmi Dilantik
Selain itu, program 3M plus yaitu menguras, menutup dan mendaur ulang plus melakukan pencegahan seperti menabur serbuk ABT di tempat air, harus dilaksanakan.
"Menanam tanaman anti nyamuk hingga memelihara ikan pemangsa jentik seperti cupang dan lainnya," imbau Iud. (*)