RADARKUNINGAN.COM - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, menekankan bahwa pemilu bukan hanya berfungsi sebagai ajang perebutan kekuasaan, melainkan juga sebagai olah budaya yang bertujuan meningkatkan mutu budaya demokrasi. Pernyataan ini pun menjadi penting menghadapi tahun politik menjelang pemilu 2024.
Dalam acara "Sapa Aruh" menjelang Pemilu 2024 di Monumen Jogja Kembali, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada Sabtu (28/10/2023), Sri Sultan HB X menyampaikan, bahwa masyarakat menginginkan kemajuan dan kemartabatan bangsa, bukan menjadikan pemilu sekadar ajang perebutan kekuasaan semata.
BACA JUGA:AirAsia Membuka Rute Penerbangan di Bandara Internasional Kertajati yang Strategis
Pemilihan serentak pada pemilu 2024 dianggap sebagai lebih dari sekadar proses politik, melainkan juga sebagai olah budaya yang bertujuan meningkatkan mutu budaya demokrasi agar tumbuh dan kuat menjadi budaya yang mendarah daging di tengah masyarakat.
Dilansir dari Antara, Raja Keraton Yogyakarta ini mendorong agar Pemilu Serentak 2024 tidak sekadar menjadi perhelatan untuk mengisi jabatan presiden, wakil presiden, dan kursi-kursi DPR. Selain bertujuan sebagai proses belajar politik untuk memperdewasa dalam mendemokrasi, pemilu juga merupakan titik awal peralihan kepemimpinan menuju Indonesia yang sejahtera, berkeadilan, dan bermartabat.
BACA JUGA:Resmi Menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Jenderal TNI Agus Subiyanto: Kami akan Tetap Netral
Oleh karena itu, Sri Sultan mengajak semua pihak untuk menyuarakan kata damai dalam menyambut pemilu serentak ini. "Maka, marilah kita serukan kata damai untuk pemilihan serentak ini," kata Sri Sultan.
Ia menekankan bahwa penting bagi semua untuk memahami bahwa perbedaan pandangan politik tidak boleh menjadi masalah, dan oleh karena itu, kedewasaan berpikir terkait perbedaan tersebut sangat diperlukan.
"Ada kekhawatiran soal keindonesiaan kita, seiring lunturnya persaudaraan, dan luruhnya Indonesia sebagai rumah bersama, hanya karena kontestasi politik semata," ungkap Sri Sultan.
BACA JUGA:Penanganan Kotoran Hewan Diseriusi, Diskanak Undang Peternak, Koperasi dan Warga Sekitar Peternakan
Masih menurut Sri Sultan, perkembangan teknologi dan semakin canggihnya media sosial sering kali menjadi sarang untuk penyebaran gosip dan cacian sosial, kemampuannya menjadi alat yang ampuh, sebagai senjata dalam pertarungan politik. Ia mengkhawatirkan kondisi tersebut dapat mempertajam polarisasi masyarakat.
Sementara itu, dalam semangat "Jogja Nyawiji ing Pesta Demokrasi", Gubernur DIY Sri Sultan menegaskan bahwa tugas lurah dan pamong kelurahan di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki peranan penting dalam meredam konflik emosional, memobilisasi masyarakat, dan memberdayakan Jagawarga untuk menjaga pesta demokrasi dengan nurani, nalar, dan akal sehat.
BACA JUGA:Rumahnya Habis Terbakar, Timu, Warga Cimahi Kuningan Ini Butuh Bantuan Material Bangunan
Namun, semua ini hanya dapat terwujud apabila lurah dan pamong tetap menjaga sikap netral, menciptakan iklim kondusif, dan memupuk kohesi sosial. Dengan kerja sama semua pihak, pemilu 2024 diharapkan dapat menjadi olah budaya yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan mendorong kemartabatan bangsa menuju masa depan yang lebih baik.