RADARKUNINGAN.COM - Perang Cirebon - Kuningan tercatat dalam sejarah dan naskah kuno mengenai Kesultanan Cirebon serta peran dari Pangeran Kuningan.
Perang tersebut melibatkan Kesultanan Cirebon dan Kuningan yang pada saat itu, menjadi wilayah di bawah kekuasaannya.
Pertempuran ini, tidak lepas dari masalah kepemimpinan di Kesultanan Cirebon setelah Sunan Gunung Jati wafat di tahun 1568.
Pemerintahan di Kesultanan Cirebon awalnya digantikan oleh sang menantu yakni Raden Fatahillah. Namun, hanya 2 tahun Fatahillah memimpin karena wafat pada tahun 1570.
Alhasil, para petinggi dan kepala daerah di bawah kekuasaan Kesultanan Cirebon melakukan pemilihan tampuk kepemimpinan.
Mereka menyepakati untuk menunjuk Pangeran Mas untuk naik takhta. Padahal ada juga sosok Pangeran Kuningan yang sempat menjadi calon putera mahkota.
Namun karena karirnya meredup pasca 2 kali kekalahan perang di Rajagaluh dan Indramayu, Pangeran Kuningan tidak dipertimbangkan untuk menjadi Sultan Cirebon.
Pangeran Mas lantas naik takhta dengan gelar Panembahan Ratu. Padahal, waktu itu masih ada Pangeran Kuningan yang secara usia lebih tua.
Lantas, pasca Panembahan Ratu naik takhta, Pangeran Kuningan tak lagi datang ke Cirebon seperti saat Sunan Gunung Jati dan Fatahillah bertakhta.
Mengutip Tamaddun: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam, Vol. 10 yang diterbitkan 1, July 2022, ternyata ada penyebab dari pembangkangan sang pangeran.
Rupanya Pangeran Kuningan yang merupakan anak dari Sunan Gunung Jati tertua merasa tidak seharusnya sowan kepada Pangeran Mas.
Hal itu hanya pantas dilakukan kepada Kanjeng Sinuhun Sunan Gunung Jati yang merupakan ayahnya.
BACA JUGA:Tak Tahan Polemik, Menteri PUPR Cek Twin Tunnel Tol Cisumdawu, Basuki: Bukan Retak, Hanya Berdebu