Dalam sidang tersebut, tampak hadir pembesar seperti Sanghyang Sutem, Sanghyang Gempal, Dipati Kiban, Dipati Wangsi, Patih Bengong dan Demang Dipasara.
Persidangan tersebut dilakukan dengan tujuan membahas mengenai hal-hal yang dilaporkan oleh Demang Dipasara yang telah diutus ke Cirebon.
Setelah mendengarkan laporan dari Demang Dipasara, semua anggota sidang marah. Mereka merasa dihina serta direndahkan oleh Cirebon. Terutama oleh panglima perang asal Kuningan itu.
BACA JUGA:5 Jenis Tanaman Hias Aquascape untuk Memperindah Aquarium Kamu
Maka, perang antara Rajagaluh dengan Cirebon tak bisa dihindari. Dipati Kiban sebagai penglima pasukan Rajagaluh menunggangi gajah. Gajah itu tingginya 10 kaki.
Sementara Depati Ewangga yang membela Cirebon hanya menunggangi kuda si Winduhaji. Kuda mungil yang tingginya hanya 4 kaki.
Dalam peperangan itu gajah yang ditunggangi Dipati Kiban menyerang kuda Winduhaji yang ditunggangi Depati Ewangga. Namun, kuda tersebut meloncat ke angkasa. Kemudian turun menyerang gajah sehingga telinga gajah hilang sebelah.
Gajah menyerang lagi untuk kedua kalinya. Tetapi, kuda itu melompat sambil menyepak gajah sehingga gading sebelahnya patah. Lalu, gajah mundur karena kesakitan.
BACA JUGA:6 Cara Agar Kucing Nurut dan Tidak Nakal, Bisa Bikin Kucing Patuh dan Takluk Padamu!
Tetapi datang lagi serangan dari Winduhaji menghantam belalainya hingga putus. Kuda Winduhaji tersebut terus menerus menyerang gajah itu hingga mati.
Karena jasa itu, kuda Winduhaji oleh Buyut Windu diabadikan menjadi nama suatu desa yang bernama Winduhaji. Kuda Winduhaji dipelihara oleh Buyut Windu.
Sebagai tempat pemandian kuda tersebut berlokasi di Cikedung. Persis di bagian lekukan sungai Surakatiga. Dulu, namanya sungai Hawangan atau sungai Lengkong.
Mulai pada saat itulah berdiri Desa Winduhaji yang di pimpin langsung oleh Buyut Windu. Kemudian dia menunaikan ibadah haji.
Memang, terbentuknya Desa Winduhaji belum dapat diketahui secara pasti tanggal, bulan, dan tahunnya. Hanya menurut penjelasan para sesepuh, sudah puluhan kepala desa sampai sekarang.
Itulah sejarah Kelurahan Winduhaji. Ternyata nama itu terkait erat dengan sejarah Kasultanan Curebon. Terutama dengan sosok Sunan Gunung Jati. (*)