RADARKUNINGAN.COM - Di kawasan Gunung Ciremai masih banyak dijumpai binatang primata yang disebut lutung. Salah satunya Lutung Budeng yang dijuluki Si Hitam Manis dari Gunung Ciremai.
Bahkan, belakangan karena banyak lutung, terutama di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), dikaitkan pula dengan legenda Lutung Kasarung.
Salah satu tempat di lereng Gunung Ciremai yang dikaitkan dengan legenda Lutung Kasarung adalah Palutungan. Tempat ini merupakan sebuah blok yang ada di Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan.
Legenda Lutung Kasarung adalah kisah tentang pangeran tampan bernama Sanghyang Guruminda yang melakukan kesalahan di kayangan. Dia dihukum dengan dibuang ke bumi dalam wujud seekor lutung.
BACA JUGA:Coach Justin Sorot Pundit Luar Negeri yang Ejek Timnas Indonesia: Bungkam Para Kritikus
Karena lutung tersebut tersesat di dalam hutan, sehingga dia diberi nama Lutung Kasarung. Yang menjadi salah satu cerita rakyat paling populer di daerah Jawa Barat.
Dalam bahasa Sunda, Lutung Kasarung dapat diartikan sebagai monyet yang tersesat. Lutung merupakan jenis kera berbulu lebat berwarna hitam legam dengan ekor panjang. Hewan jenis ini masih bisa dijumpai di TNGC.
Seperti diketahui, keanekaragaman hayati dan ekosistem di kawasan TNGC sangat beragam. Ada berbagai jenis satwa yang dapat dijumpai di TNGC, salah satunya adalah Lutung Budeng.
Satwa dari keluarga Cercopithecidae yang memiliki nama jenis “Trachypithecus auratus” ini memiliki rambut serta kulit yang berwarna hitam. Karena lutung ini dijuluki Si Hitam Manis dari Gunung Ciremai.
Yang unik dari Lutung Budeng ketika masih umur anak-anak. Lutung ini memiliki rambut yang berwarna jingga keemasan.
Di kawasan TNGC, Lutung Budeng dapat dijumpai dari hutan dataran rendah sampai sub alpin. Yaitu pada ketinggian 1.000 - 2.400 meter di atas permukaan laut.
Keberadaannya sangat penting dalam menjaga kelestarian ekosistem hutan. Karena satwa ini berperan dalam penyebaran biji dan membantu penyerbukan tumbuhan di hutan.
Salah satu obyek daya tarik wisata alam Situ Sangiang yang berada di Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Majalengka, menjadi tempat keberadaan satwa ini secara langsung.