5. Walau harga produk setiap tahapan produk dari proses hilirisasi lebih tinggi dari produk sebelumnya, bukan berarti otomatis bahwa makin ke hilir proses hilirisasi otomatis akan menguntungkan.
Tergantung berapa besar nilai tambah yg terjadi dan berapa biaya masing-masing tahapan.
6. Dalam ilmu ekonomi, saat titik optimum keuntungan tahapan hilirisasi maka di tahapan itulah proses hilirisasi berhenti.
Sebagai contoh, jika biaya memproduksi mentega dari minyak goreng lebih besar dari selisih harga mentega dan minyak goreng, maka stop di minyak goreng.
7. Contoh lain, jika selisih harga antara sapi potong dengan sapi bakalan lebih kecil dibandingkan dengan biaya produksi sapi bakalan menjadi sapi potong maka jangan buat sapi potong- jual sapi bakalan.
Ini yang dipraktekkan Australia - menjual sapi bakalan, bukan sapi potong atau pedaging.
8. Dalam konteks kebijakan hilirisasi, yang jadi tujuan adalah, bahwa hilirisasi harus: 1) meningkatkan nilai tambah. 2) peningkatan nilai tambah menjadi pendapatan negara dan atau daerah. 3) meningkatkan lapangan kerja. 4) meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan.
9. Hilirisasi yang terjadi di saat ini adalah: 1) nilai tambah dinikmati oleh asing. Karena dibebaskan dari pajak. 2) tidak menambah lapangan kerja. 3) tidak meningkatkan kesejahteraan. 4) terjadi penyerahan SDA ke asing dengan bungkus hilirisasi. 5) merusak lingkungan.
BACA JUGA:Ternyata Hanya dengan 7 Aroma Ini Bisa Mengusir Kucing Kampung, Bikin Kucing Kesal dan Pergi Menjauh
10. Hilirisasi dilanjutkan. Tapi harus diluruskan dari yang terjadi saat ini berupa penyerahan SDA ke asing. Dan nilai tambahnya dinikmati oleh asing MENJADI hilirisasi yang nilai tambahnya dinikmati oleh negara dan mensejahterakan rakyat serta untuk generasi akan datang.
11. Nilai tambah hilirisasi hanya bisa dinikmati oleh negara dan rakyat jika terjadi proses industrialisasi. Ingat bahwa karena hilirisasi tidak selalu menguntungkan, maka hilirisasi bukanlah solusi ampuh untuk menyelesaikan semua persoalan.
Inilah persoalan hilirisasi yang telah diuraikan oleh Manusia Merdeka, Muhammad Said Didu. Pengupasan tersebut setidaknya telah membuka wawasan masyarakat awam tentang hilirisasi. (*)