RADARKUNINGAN.COM - Kelurahan Cipari dimungkinkan sudah ditinggali umat manusia sejak zaman prasejarah. Terutama pada zaman Megalitikum.
Bahkan, bukan hanya sekadar ditinggali, kelurahan yang sekarang masuk Kecamatan Cigugur tersebut, diyakini sudah menjadi perkampungan purba, yang ada di kaki Gunung Ciremai.
Bukti bahwa Cipari dahulu sudah menjadi perkampungan purbakala, hal itu bisa dilihat dari peninggalan-peninggalan yang ditemukan. Sekarang, peninggalan-peninggalan itu, bisa dijumpai di Situs Purbakala Cipari.
Peti kubur dari batu yang ada di situs yang berada di ketinggian 661 meter dari permukaan laut ini, salah satu bukti bahwa wilayah itu merupakan perkampungan purba.
Sebab, salah satu ciri perkampungan purba, khususnya di zaman Megalitikum atau masa Batu Besar, ditandai adanya peti kubur batu. Selain itu, kubur batu juga sebagai petunjuk jika manusia di masa itu sudah memiliki kebudayaan.
Apalagi di tempat itu ditemukan perkakas dapur, gerabah, perunggu dan bekas pondasi bangunan. Hal ini sangat mendukung bahwa fakta kelurahan ini sudah menjadi perkampungan purba.
Situs Purbakala Cipari terhitung cukup lengkap. Situs ini bisa menggambarkan kehidupan masyarakat pada masa itu yang sudah berkelompok.
Bertolak dari analisis litologi, stratigrafi dan kelompok benda temuan, situs yang ada di kaki Gunung Ciremai ini pernah mengalami dua kali masa pemukiman.
BACA JUGA:Kucing Sering Tidur di Atas Mobil, Bikin Baret Cat, Ini 3 Cara untuk Mencegahnya
Pemukiman pertama pada masa akhir zaman Neolitikum. Yang kedua pada awal pengenalan bahan perunggu. Jika berdasarkan kalender, sekitar tahun 1000 SM sampai dengan 500 SM.
Selain sudah merupakan perkampungan, masyarakat purba Cipari juga telah mengenal organisasi yang baik. Ditambah sudah memiliki kepercayaan. Terutama yang erat bertalian dengan pemujaan nenek moyang.
Hal ini berkaitan dengan adat mendirikan bangunan dari batu-batu besar atau Megalitikum. Dasar tradisi ini adalah kepercayaan akan adanya hubungan erat antara yang masih hidup dengan yang telah meninggal.
Kepercayaan bertalian antara manusia yang sudah berbeda alam tersebut, terkait dengan kesejahteraan manusia, ternak dan pertanian. Ketiga hal tersebut memang menjadi ciri manusia purba zaman Batu Besar.