"Nggak ada biaya, suami saya cuma pekerja serabutan. Saya juga tidak punya pekerjaan lain, jadi ya cuma bisa pasrah dengan keadaan ini," kata Imi.
Kendati demikian, dia tetap berharap agar suatu saat ada pihak yang mau membantu memberikan jalan keluar.
Sehingga tumor mata yang diidap oleh Fitri bisa diobati dan mendapatkan penanganan medis.
"Kami terus terang hanya bisa pasrah, tapi kalau harapan ya tetap ada. Mudah-mudahan ada yang bisa membantu biaya operasi dan pengobatan," tuturnya.
Pihak orang tua memang tidak berdiam diri. Sudah beberapa kali Fitri dibawa ke rumah sakit di Bandung.
Tetapi pengobatan tersebut harus terhenti, karena ongkos yang cukup tinggi. "Kalau pengobatan sih dari BPJS, cuma ongkos untuk pulang pergi itu kan tidak sedikit," katanya.
Sekali berobat, keluarga tersebut membutuhkan uang setidaknya Rp 3 juta. Yakni untuk keperluan ambulans hingga biaya hidup.
Apalagi sekali berangkat, biasanya membutuhkan waktu paling tidak 3 sampai 4 hari.
Pihak pemerintah desa memang sudah pernah membantu untuk biaya transportasi dan kebutuhan keluarga.
Tetapi bantuan tersebut tentu tidak bisa terus menerus dan habis hanya untuk sekali berobat.
Seperti diketahui, kondisi Fitri yang mengalami tumor mata dan bullying menjadi sorotan setelah diunggah akun media sosial @gerryprayudi.
"Namanya Fitri Yani, warga Desa Ciwaru, Kec. Ciwaru, Kab Kuningan ini sudah 2 bulan lebih tak mau sekolah. Alasannya karena dia malu sering dib*lly oleh teman teman SMPnya karena tumor yang diderita," tulisnya.
Menurut pengunggah, Fitri mengindap hemangioma yakni tumor jinak di bagian mata kiri. Meski bersifat jinak, tetapi tonjolan terus membesar karena tidak ditanganai.