Salah satu adipati dari kerajaan itu, menaruh hati pada Nini Galing, seorang kembang desa dari Panawuan.
Namun, lamaran dari sang adipati mendapatkan penolakan dari Nini Galing. Namun, karena terlanjur cinta rupanya keinginan tersebut berujung pada upaya paksa.
Dilakukanlah pengejaran terhadap Nini Galing hingga akhirnya berhasil tertangkap. Saat itu, Nini Galing pun mengungkapkan syarat bila sang adipati ingin menikahinya.
Salah satu syarat itu adalah agar dibuatkan sebuah sumur di Situ Janggala. Sang adipati pun diberi waktu hanya 1 malam.
BACA JUGA:Pemilik Kucing yang Peka Pasti Tahu Arti Kucing Mengedipkan Mata pada Kita, Yuk Cari Tahu Maknanya!
Keinginan itu, kemudian dipenuhi. Sang adipati membuatkan sumur yang diminta di Situ Janggala.
Selesai pembuatan sumur tersebut, sang adipati lantas hendak menunjukkan hasil pekerjaannya. Namun rupanya hal tersebut adalah sebuah jebakan.
Saat tiba disumur itu, sang adipati tiba-tiba didorong oleh pendukung Nini Galing hingga terjatuh. Dalam kondisi itu, para warga pun kompak melemparkan berbagai benda baik batu maupun tanah.
Sang adipati pun terkubur hidup-hidup di sumur buatannya sendiri. Besar kemungkinan, lokasi kejadian ini masih di Situ Janggala.
BACA JUGA:Simak 5 Alasan Kenapa Kucing Suka Tidur di Tempat Sempit dan Suka Menyempil Berikut
Akibat kejadian itu, giliran pendukung sang adipati yang marah besar. Mereka menyerang ke Panawuan yang pada waktu itu hanya berbentuk sebuah padepokan.
Serangan tersebut dilakukan dengan menghujani padepokan dengan ribuan panah. Peristiwa ini, disebut sebagai asal usul dari nama Panawuan yakni, panah ribuan.
Itulah dua versi asal usul nama Desa Panawuan, Kecamatan Cigandamekar, Kabupaten Kuningan yang bersumber dari cerita tutur turun temurun.