Pada tahun 1972 ditemukan batu besar berbentuk peti mati. Penemuan itu mengandung makna bahwa di kaki Gunung Ciremai telah dihuni oleh manusia sejak ribuan tahun Sebelum Masehi.
Dipercaya pula bahwa arwah nenek moyang berkumpul dan sering menampakkan diri. Para ahli peneliti sepakat bila wilayah Kuningan Gunung Ciremai merupakan tempat bermukim manusia tua usia.
Mereka memuja arwah nenek moyang untuk meminta berkah kesuburan tanah, kemakmuran, dan kesejahteraan.
5. Injak Bumi Hindari Hantu
Banyak pendaki selalu menghentikan langkah dan mengucapkan salam ketika memasuki pos. Salam itu diyakini jika pendaki ingin selamat dan tidak diganggu oleh dedemit nakal.
Disarankan, sebaiknya pengunjung menginjak bumi sebanyak 3 kali, setelah itu baru ucapkan salam.
Ini bermakna bahwa penghuni pos atau dedemit penguasa tidak merasa tersinggung oleh datangnya manusia. Di Ciremai banyak manusia menjadi korban.
Tidak hanya manusia yang mati, tapi juga kuda. Mereka tidak kuat melaksanakan tugas yang dibebankan penjajah Belanda, hingga menemui ajalnya.
6. Misteri Jalak Hitam
Ketika perjalanan sudah mencapai Pengalap atau pos VI, berarti pendakian telah mencapai separuh. Dan harus berhati-hati jika sudah memasuki Pengalap atau pos VI.
Pengalap berarti jemputan. Di pos Pengalap setiap pendaki akan didatangi dua binatang yang sampai sekarang masih misteri keberandaannya, yaitu Jalak Hitam dan Tawon Hitam.
Banyak yang heran mengapa Jalak Hitam selalu mengiringi pendaki dari Pengalap ke Seruni. Dan, juga Tawon Hitam yang selalu datang mengganggu. Pengasinan berarti asin.
BACA JUGA:Ini Nih 6 Rekomendasi Tanaman Hias Minimalis Yang Cocok Di Tanam Di Sekitar Rumah
Khusus bagi masyarakat Linggarjati bermakna bahwa siapa saja yang ingin mencapai puncaknya dengan cepat dan selamat sampai di rumah diharuskan membawa ikan asin.