Putranya, yang kelak dikenal sebagai Prabu Siliwangi IV Sang Pamanah Rasa, menikah dengan Sang Cantringmanik Mayang, putri Raja Pasundan.
Mereka menetap di Jalaksana, menambah dimensi sejarah dan budaya di daerah tersebut.
Peralihan ke zaman Islam membawa perubahan signifikan. Pada tahun 1470 M, Sunan Gunung Jati mengangkat seorang demang bernama Angga Pati di Manis.
Pada masa itu, Manis masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan Talaga Manggung dengan ibu kotanya di Sagarahiang.
Saat Kerajaan Talaga diperintah oleh Pangeran Arya Wangsa Gofarana, Manis berada di bawah kekuasaan ketumenggungan Padamenak yang dipimpin oleh Raden Padmanagara, yang kemudian dikenal dengan gelar Pangeran Arya Salingsingan.
Ia juga menjabat sebagai panglima Kerajaan Pakungwati Cirebon yang diperintah oleh Panembahan Girilaya.
Ketika Kerajaan Cirebon dipimpin oleh cicit Sunan Gunung Jati, Penembahan Ratu I Pangeran Emas Jainul Aripin, Manis menjadi tempat tinggal adiknya, Pangeran Manis.
Pada tahun 1570 M, Manis resmi dibagi menjadi Desa Manis Kaler dan Manis Kidul. Pangeran Manis tinggal di Dukuh Peundeuy dan mengajarkan agama Islam di Padepokan Dukuh Depok.
Kuwu pertama Manis Kidul tercatat bernama Indramadura pada tahun 1785. Pada masa kolonial Belanda, Manis membuat hotel dan kolam renang Cibulan untuk tempat istirahatnya para perwira Belanda, yang aslinya adalah Situ Burung.
Salah satu tokoh penting dari Maniskidul adalah Empu Anggarunting, seorang pengrajin logam yang terkenal dengan pembuatan gamelan dan keris.
Dinasti Angga, yang berasal dari keturunan Pangeran Manis, melanjutkan tradisi ini, menjadikan Maniskidul sebagai pusat kerajinan logam yang terkenal.
Dari masa kerajaan hingga zaman penjajahan, desa ini telah menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting yang mewarnai perjalanan bangsa.
BACA JUGA:4 Resep Snack Sehat Homemade yang Simpel dan Enak, Cocok Banget Buat Bekal Anak Sekolah
Kisah-kisah heroik, transformasi budaya, dan warisan leluhur yang kaya menjadikan Manis Kidul sebagai desa yang tidak hanya indah secara alamiah tetapi juga kaya akan nilai-nilai sejarah dan budaya. (Muhammad Sulthan Al muzakky)