RADARKUNINGAN.COM- Kekalahan Tim-U19 Thailand dari Indonesia dalam final Kejuaraan U19 ASEAN 2024 menjadi perhatian besar baik media lokal maupun asing.
Salah satu media Vietnam soroti kekalahan Thailand atas Indonesia dan menyoroti penurunan perfoma dari timnas Thailand, salah satu media yang menyoroti hal ini adalah Bongda.
Dalam pandangan pelatih Thailand, Jadet Meelarp, penurunan kualitas sepak bola usia muda di Thailand terjadi akibat menurunnya persaingan dan kesenjangan dalam pembinaan di tingkat akademi.
Pernyataan pelatih Jadet Meelarp mencerminkan adanya pengakuan bahwa Thailand sedang menghadapi stagnasi dalam perkembangan sepak bola usia muda.
BACA JUGA:Media Vietnam Soroti Kegagalan Thailand Meraih Gelar AFF U-19 Dari Indonesia
Selama ini, sepak bola usia muda Thailand selalu menjadi kekuatan dominan di tingkat ASEAN. Namun, kekalahan dari Indonesia menunjukkan bahwa dominasi tersebut kini mulai memudar, sementara Indonesia telah berhasil melampaui ekspektasi dengan menunjukkan kemajuan yang signifikan di berbagai level kompetisi.
Keberhasilan Timnas U-19 Indonesia meraih gelar juara tidak hanya hasil dari kerja keras dan strategi yang tepat, tetapi juga merupakan bukti dari semakin baiknya sistem pembinaan usia muda di tanah air.
Indonesia kini dapat memetik buah dari investasi jangka panjang dalam pengembangan talenta muda dan peningkatan kompetisi domestik, yang akhirnya memberikan dampak positif signifikan.
Jadet Meelarp, berpendapat bahwa penurunan prestasi ini berakar dari sepak bola usia muda dan sepak bola di tingkat sekolah.
BACA JUGA:Ga Bisa Yura, Tugas Kita Menjemput Takdir, Bima Arya Mundur Jadi Calon Gubernur Jabar
Jadet Meelarp menilai sepak bola usia muda Thailand semakin kurang bersaing.
"Saya pikir sepak bola usia muda sekarang berbeda dengan sebelumnya," kata pelatih yang lahir tahun 1972 ini, seperti dikutip oleh Thairath.
Menurut Pelatih Jadet Meelarp, sepak bola usia muda saat ini bergantung pada sistem pembinaan klub, yang menciptakan kesenjangan besar antara akademi yang mendapatkan investasi besar dengan akademi yang kekurangan dana, sehingga persaingan menjadi lemah.
"Dulu, kita selalu menjadi juara ASEAN karena generasi muda kita sangat baik, berkembang dari sistem turnamen. Olahraga nasional, olahraga mahasiswa, atau sepak bola di sekolah kita sangat kompetitif. Tapi sekarang saya hanya melihat akademi. Hanya ada beberapa akademi bagus, sehingga persaingan menghilang," tambah Pelatih Jadet Meelarp.
BACA JUGA:Jadi Lebih Kritis dan Tidak Mudah Stres? Berikut 4 Manfaat Bermain Game Untuk Kesehatan Mental