Bagi Wildan, regenerasi bukan sekadar wacana. Ia mengajak siapa saja yang ingin memahami perjuangan petani untuk datang langsung ke sawah.
BACA JUGA:Dukung Pemerintah Perkuat Jaring Pengaman Sosial, BRI Salurkan BSU 2025 kepada 3,76 Juta Penerima
BACA JUGA:PPATK Blokir Rekening Pasif, BRI Buka Suara
“Lihat sendiri lumpur di kaki kami, benih di tangan kami, dan kerja keras yang kami lakukan. Perubahan tidak lahir dari seminar, tapi dari tangan yang menyentuh tanah,” ujarnya lantang.
“Jangan sebut saya pengamat. Saya pelaku. Bukan simbol, tapi bukti nyata,” tegasnya dalam pernyataan pada Rabu, 6 Agustus 2025.
Sebagai lulusan Agribisnis, Wildan menolak keras anggapan bahwa bertani adalah jalan terakhir.
Sebaliknya, ia justru menganggap ladang sebagai tempat ia menemukan panggilan jiwa.
BACA JUGA:Kisah Pengusaha Pakan Ternak dari Ponorogo Ini Buktikan KUR BRI Bisa Bikin Usaha Berkembang
“Negara ini tidak bisa hidup dari narasi kosong. Sawah-sawah di desa kami juga tidak bisa menanam sendiri,” katanya.
Mulai dari 2019, Wildan mengelola beberapa petak sawah. Kini, total luas lahannya mencapai 13,5 hektare. Ia tak hanya bekerja secara tradisional, tapi juga menghadirkan inovasi ke tengah ladang.
Mulai dari combine harvester, traktor roda empat, sistem irigasi tetes, hingga oven pengering padi yang dirancang sendiri. Ia juga aktif dalam pelatihan dari BBPP Lembang dan Dinas Pertanian.
“Bertani bukan soal menunggu hasil, tapi tentang terus bergerak,” tuturnya.
BACA JUGA:Nonton Drama Favorit, Sekalian Checkout Barangnya di Vidio Shopping
BACA JUGA:Dari Wilayah Kepulauan, UMKM Ini Berhasil Jadi Pemasok Program MBG dengan Dukungan Pembiayaan BRI
Wildan juga membantah bahwa regenerasi petani hanya sekadar agenda seremonial. Menurutnya, ada 685 petani milenial di Kabupaten Kuningan yang telah mendapatkan pelatihan dan aktif bertani di lapangan.