Meskipun jika diruntut lagi, hal ini tidak meniadakan risiko, tetapi memperkecil celah sengketa legal di kemudian hari.
The Guardian menilai integrasi pemain diaspora Indonesia bukan hanya soal paspor, melainkan sinkronisasi gaya main di bawah pelatih yang memahami kultur Belanda dan karakter pemain Eropa, sehingga kontribusinya terasa pada level taktik/kompetisi.
Dalam perkara Malaysia, problem utamanya justru keabsahan dokumen yang disorot FIFA bukan sekadar perdebatan "pro-kontra naturalisasi". Implikasi reputasinya meluas dari tim nasional hingga tata kelola federasi.
Bagi Indonesia, narasi "diaspora sebagai akselerator" memperkuat daya saing dan menambah kompleksitas taktik, meski tetap menuntut keberlanjutan pembinaan usia muda agar tidak bergantung pada naturalisasi semata.
BACA JUGA:Sanksi Komdis PSSI Rp115 Juta Guncang Persib Bandung, Adhit: Bobotoh Harus Lebih Bijak di Tribun
Untuk Malaysia, fokus jangka pendeknya adalah pemulihan integritas seperti merapikan verifikasi dokumen, kepatuhan regulasi, dan manajemen krisis, di samping menjaga performa tim saat beberapa pemain terkena skors.
Sorotan The Guardian menegaskan dua wajah program naturalisasi ASEAN yang mana Indonesia dipuji karena orkestrasi kebijakan–teknik yang relatif rapi dan berorientasi performa, sedangkan Malaysia menjadi contoh risiko tata kelola ketika kepatuhan dokumen tergelincir hingga berujung sanksi FIFA.