BOBIBOS Curi Perhatian dan Siap Produksi Masal? Hasil Uji di Subang Klaim Punya Oktan 98 dan Emisi Rendah!
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, hadiri uji coba bahan bakar BOBIBOS-YT/KANG DEDI MULYADI CHANNEL-radarkuningan.com
RADARKUNINGAN.COM - Sebuah terobosan energi terbarukan mencuri perhatian gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, dari daerah Lembur Pakuan, Subang.
Bahan bakar nabati dari jerami yang dijuluki BOBIBOS (Bahan bakar Original Buatan Indonesia, Bos) telah diuji untuk menyalakan mesin traktor diesel.
Hasil awal di lokasi menunjukkan tarikan mesin lebih ringan dan asap buangan (emisi) yang tampak lebih bersih. Uji lapangan tersebut disaksikan langsung Kang Dedi Mulyadi.
Tim pengembang menyebut alasan pemilihan bahan jerami adalah karena ketersediaannya melimpah dan selama ini kerap hanya dibakar pascapanen.
BACA JUGA:Berkat Lobi H Rokhmat Ardiyan, Tiga Ruas Jalan Kabupaten Ini Tahun 2026 Dijamin Mulus
Narasi "petani tersenyum dua kali" pun mengemuka yang mana panen menghasilkan beras, limbahnya dikonversi jadi energi bernilai ekonomi.
Pada tahap uji dan demo publik, beberapa sumber mengklaim angka oktan berada di angka 98-98,1 berdasarkan pengujian laboratorium Lemigas.
Angka ini sudah berada dilevel yang sejajar dengan BBM beroktan tinggi yang sudah biasa diperjualbelikan.
Dari sisi potensi ekonomi, klaim konversi mencapai kurang lebih 3.000 liter per hektare lahan sawah yang ada di Jawa Barat.
BACA JUGA:Persiapan Mutasi, BKPSDM Kuningan Gelar Asesmen untuk 980 ASN, Ini Jadwalnya
Jika skala lahan di kawasan ini mencapai 1.000 hektare, proyeksi produksi jutaan liter per musim panen mulai diperhitungkan.
Pemerintah daerah setempat mendorong percepatan kerja sama dan eksekusi berbasis fasilitas yang ada agar manfaatnya cepat dirasakan petani.
Di sisi lain, beberapa sumber juga menyebut harga berpotensi lebih murah hingga “sepertiga” dari BBM sekelas RON 98 seraya menonjolkan emisi yang diklaim nyaris nol.
Namun, pemerintah pusat melalui jalur energi menyatakan koordinasi resmi dan pengujian komprehensif masih dibutuhkan, sehingga publik diimbau menunggu rincian spesifikasi, sertifikasi, serta skema niaga yang terstandar sebelum menarik kesimpulan final.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
