Siswa SMK Ikuti Sosialisasi Anti Hoax

Siswa SMK Ikuti Sosialisasi Anti Hoax

KUNINGAN - Penyebaran berita hoax atau berita bohong masih menjadi ancaman serius. Agar bisa mengidentifikasi kabar-kabar bohong, SMK Auto Matsuda Kuningan bekerja sama dengan Lembaga Pengabdian Masyarakat (PKM) Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) menggelar sosialisasi berita hoax. Sosialisasi ini diisi pembicara dari Dosen Ilmu Komunikasi UGJ Cirebon Abdul Jalil Hermawan. Menurut Jalil, sapaan akrabnya, bahwa intensitas penyebaran berita bohong saat ini cenderung semakin tinggi. “Media sosial memiliki peranan terbesar dalam penyebaran informasi menyesatkan alias berita hoax ini. Selanjutnya aplikasi percakapan WhatsApp, porsinya mencapai lebih dari 80 persen sumber hoax dari medsos dan WhatsApp,” kata Jalil, Kamis (20/8). Dalam menyampaikan data tersebut, Jalil mengutip data yang dikeluarkan oleh Masyarakat Telematika Indonesia tahun 2019. Walau demikian, Ia menyebut, berita hoax juga masih ditemukan dalam media media maisntream seperti situs berita, televisi, media cetak dan radio. “Tetapi porsinya lebih sedikit jika dibandingkan dengan di media sosial dan aplikasi percakapan,” katanya. Dia menyebutkan, ada tiga konten atau isu yang paling banyak dibuat berita hoax-nya. Di antaranya yaitu isu sosial politik, isu SARA dan isu kesehatan. “Isu soal sosial politik ini masih didominasi oleh isu-isu fanatisme buta. Dukung mendukung paska kontestasi pilpres masih belum hilang hingga saat ini,” ingkap Jalil. Untuk menghadapi masifnya berita hoax tersebut, Jalil mengungkapkan, masyarakat harus lebih berhati-hati saat akan membagikan sebuah informasi. Ciri berita hoax yang mudah teridentifikasi di antaranya isi konten kerap menimbulkan kecemasan, fanatisme buta hingga judul terkesan provokatif. “Jika diawali dengan ujaran provokatif dan diakhiri narasi tolong viralkan, kemungkinan itu berita hoax,” imbuhnya. Tak hanya itu, ada fenomena baru dalam berita hoax saat ini. Tidak hanya berita bohong, melainkan juga berita yang berisi penipuan. “Biasa disebut dengan phising. Modusnya dengan mengirimkan link berita atau informasi apapun. Jika diklik link tersebut, maka data-data dari ponsel kita akan tersedot ke pengirim link,” jelasnya. Sementara itu, Kepala Sekolah SMK Auto Matsuda Suharto menyambut baik acara tersebut. Melalui sosialisasi dapat menjadi pembekalan bagi siswa untuk lebih bijak menggunakan media sosial. “Pengetahuan bisa membedakan mana berita hoax, mana berita yang benar ini sangat penting dimiliki para siswa. Apalagi nyaris semua siswa menggunakan media sosial. Siswa harus lebih bisa menggunakan media sosialnya dengan lebih terukur dan bijak,” tuturnya. (ags)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: