Dhuarrr…Bom Meledak tanpa Serpihan, setelah 80 Tahun Terpendam

Dhuarrr…Bom Meledak tanpa Serpihan, setelah 80 Tahun Terpendam

Penemuan benda diduga rudal atau bom di proyek pembangunan Masjid Al Amin Desa Sagarahiyang Kecamatan Darma, ditindaklanjuti Tim Jihandak Brimob Polda Jabar. Sehari setelah penemuan, mereka datang ke Darma untuk melakukan disposal atau pemusnahan bom. Seperti apa prosesnya?

M Taufik, Kuningan 

Tim Jihandak Brimob Polda Jabar tiba di Mapolsek Darma Selasa (5/7) siang. Bom peninggalan Belanda yang sempat diamankan di mapolsek, itu diangkut dan dibawa kembali ke Desa Sagarahiyang. Kemudian dibawa ke kawasan Curug Pangleseran di kaki Gunung Ciremai, yang jaraknya sekitar 2 kilometer dari lokasi penemuan. Lokasi untuk disposal tersebut dinilai aman karena jauh dari pemukiman warga.

Dengan dibantu warga setempat, bom berukuran panjang 80 centimeter dan berat 100 kilogram lebih tersebut dibawa ke lokasi peledakan dengan cara digotong. Setelah melalui jalan setapak sejauh 200 meter dari jalan aspal, bom jenis torpedo tersebut diletakkan di tanah tak jauh dari aliran air Curug Pangleseran. Sebelum diledakkan, terlebih dahulu digelar ritual doa bersama yang dipimpin tokoh adat Desa Sagarahiyang.

Selanjutnya, Panit Jibom Polda Jabar Aiptu Engkus Kusnadi  mempersilakan seluruh warga termasuk anggota Polsek Darma, kapolsek, camat dan Kabag Ops Polres Kuningan yang ikut mengantar untuk meninggalkan lokasi. Dilanjutkan Tim Jibom yang berjumlah lima orang mulai merakit peralatan untuk proses peledakan.

Setelah menunggu hampir 15 menit, terdengar suara melalui megaphone petugas Jibom memperingatkan warga yang berada di sekitar lokasi peledakan untuk menjauh dari sumber suara. Sejurus kemudian, terdengar suara ledakan keras yang memekakan telinga disusul kepulan asap keluar di antara pepohonan dari kawasan Curug Pangleseran. Rupanya, bom peninggalan bom Belanda tersebut masih aktif. Selain suara keras yang ditimbulkan, ini terlihat dari tanah bekas bom tersebut diledakkan hingga membentuk cekungan dengan diameter mencapai 2 meter.

\"Alhamdulillah proses disposal bom yang ditemukan warga di Desa Sagarahiyang berjalan aman dan lancar. Terima kasih kepada semua pihak yang terlibat seperti Pak Kabag Ops, kapolsek, camat dan warga yang sudah membantu dalam proses pemusnahan ini,\" ungkap Panit Jibom Polda Jabar Aiptu Engkus Kusnadi kepada awak media usai giat disposal.

Engkus mengatakan, giat disposal bom temuan warga tersebut sengaja dilakukan di lokasi yang jauh dari pemukiman warga karena pertimbangan keamanan dan keselamatan dari kemungkinan getaran serta serpihan yang ditumbulkan. Adapun metode pelaksanaan disposal atau pemusnahan bom tersebut dengan cara diledakkan yang dipicu oleh bahan peledak yang dimiliki Jibom.

\"Pemusnahan kami lakukan dengan cara menceraiberaikan menggunakan alat set charge yang kami miliki. Bisa terlihat, bom tersebut masih aktif terlihat dari bekas ledakan yang cukup besar hingga tidak lagi ditemukan serpihan besi sisa bom tersebut. Bisa jadi nanti suatu waktu, masyarakat yang datang ke lokasi sekitar curug bakal menemukan serpihan-serpihannya,\" ungkap Engkus.

Terkait jenis bomnya, Engkus mengatakan, itu merupakan bom torpedo yang diduga dijatuhkan pesawat Belanda pada zaman perang dulu. \"Mungkin saat jatuh di Desa Sagarahiyang bom tersebut tidak meledak kemudian terkubur dan akhirnya ditemukan warga,\" ujarnya.

Sementara itu Kabag Ops Polres Kuningan Kompol Tri Sumarsono mengungkapkan kronologi penemuan bom tersebut yang terjadi pada saat proyek rehab Masjid Al Amin Desa Sagarahiyang. Berdasarkan penuturan tokoh masyarakat setempat, kata Tri, bom tersebut merupakan peninggalan zaman penjajahan Belanda sekitar tahun 1942 atau sekitar 80 tahun silam.

\"Sesuai perkataan orang tua Desa Sagarahiyang, bahwa ada bom yang jatuh di sekitar masjid dan suatu saat kalau digali akan ditemukan. Ini terbukti sekarang, warga menemukan bom tersebut saat penggalian pondasi masjid menggunakan beko di kedalam 2 meter dekat tempat imam memimpin salat,\" ujar Tri yang turut serta dalam giat disposal tersebut.

Ditambahkan tokoh masyarakat Desa Sagarahiyang Rosyid, kala itu pada tahun 1942 ada pesawat Belanda menjatuhkan bom di Desa Sagarahiyang yang merupakan kawasan persembunyian tentara pejuang yang dipimping oleh Umar Wirahadikusumah. \"Daerah Sagarahiyang dulunya memang menjadi tempat persembunyian tentara pejuang yang dipimping Pak Umar Wirahadikusumah, tepatnya di sekitar Curug Pangleseran itu. Oleh karena itu daerah ini menjadi sasaran bom Belanda, yang ternyata salah satunya jatuh di dekat masjid namun tidak meledak. Ini sesuai perkataan orang tua dulu, dan ini buktinya,\" ungkap Rosyid. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: